Jika kita
mencintai pekerjaan kita, maka kita tak perlu bekerja satu hari pun dalam hidup
kita.
(hlm 20)
Amora. Sang Chief Editor Fashionette adalah
wanita mempesona. Cantik, cerdas, punya jiwa kompetitif yang tinggi, ambisius,
mandiri dan punya karir bagus. Hidupnya sempurna. Punya suami yang memiliki
segala sesuatu yang terasa serba pas. Lelaki itu bernama Sam. Ditambah 2 anak
yang makin melengkapi semarak bahagia, Bilal dan Sabin.
Tapi seperti
biasa, karir yang bagus selalu meminta tumbal. (hlm 19)
Karir Amora yang melejit di tempat kerja
berpengaruh terhadap frekuensi pertemuan dan kedekatannya dengan anak-anak.
Sebenarnya, Sam juga pernah meminta Amora untuk berhenti bekerja. Namun jawaban
Amora adalah diam. Dia tentu tak mampu melepas karirnya yang gemilang. Dia cinta
kerja. Sam pun tidak pernah lagi mengusik kecintaan Amora pada pekerjaannya.
Masalah datang saat usia pernikahan mereka
belum lagi genap 8 tahun. Sam yang memutuskan menjadi pengusaha selepas resign
dari perusahaan minyak, berpamitan pergi ke Tokyo untuk mengurus bisnis ekspor
furnitur khas Bali. Amora yang mengantarkan Sam ke bandara, sempat melihat Sam
mengenakan jaket yang ia berikan untuk menemani Sam di Tokyo. Sekilas ia
melihat tangan Sam bergetar. Dia tau Sam gelisah, namun sama sekali tidak
menganggap itu sebagai pertanda buruk. Amora menganggap Sam hanya sedikit cemas
dengan usahanya.
Nyatanya setelah itu Sam tidak memberi kabar,
tidak bisa ditanyai kabar. Sam tidak pulang hingga nyaris 11 bulan lamanya.
Selama itu pula kehidupan Amora memasuki fase
hidup yang bergelombang. Didekati Lody, si berondong di kantor yang mau tidak
mau sedikit mengusik debar-debar di hati Amora. Bukan semata-mata karena Lody
rupawan, melainkan karena mata Lody mengingatkan Amora pada seseorang di masa
lalu.
Gavin, sahabat Sam, juga mendadak memberikan
perhatian di atas kadar normal. Ditambah pula dengan anak-anak yang bermasalah
di sekolah. Oh, belum selesai, mantan tercinta di masa lalu pun mendadak hadir
kembali.
Kemana sebenarnya perginya Sam?
Apa maksud uploadan foto di timeline akun
facebook Sam?
Jika masih hidup, kenapa tidak mengabari
Amora dan anak-anak? Kenapa Sam tidak kunjung pulang?
Di sisi lain, sanggupkah Amora kuat dalam
penantian?
Jika iya, akan seperti apa penantian itu akan
berujung?
Life is a
funny thing. How much you enjoy it depands on how humorous you are. (hlm 227)
What a great novel!
Novel bertema penantian ini berhasil
membuatku jatuh cinta dari lembar pertama hingga akhir. Penulis menyajikan
cerita dari sudut pandang Amora yang sungguh lovable. Karakternya kuat, meski
sesekali ada emosi kecil yang meletup, perasaan stress, juga perasaan yang
salah, semuanya tetap terkontrol rapi. Wajar jika di kantor, dia dijuluki best boss ever oleh anak buahnya.
Bagian yang paling aku suka dari Amora adalah
saat anak sulungnya, Bilal, bermasalah di sekolah. Awalnya aku tebak, Amora
yang perfeksionis ini bakal meledak marah karena malu. Eh salah. Ketika Bilal
sudah minta maaf dan menyesali kesalahannya, maka selesai. Dia tidak
memperlakukan anaknya seperti pelaku tindakan kriminal.
Selain itu, saat suaminya menghilang,
perhatian untuk Amora tumpah ruah. Tetapi wanita tangguh ini tetap mengikrarkan
diri sebagai nyonya Sam. Waw. How lucky Sam ya punya Amora sebagai istri. Amora
punya banyak pilihan, tapi tetap menjadikan Sam sebagai satu-satunya.
Alur maju mundur akan menghadirkan banyak
kejutan di novel ini. Pembaca akan diajak berkenalan dengan Amora muda. Menyaksikan
banyak hal yang luput dari perkiraan dari setiap adegan yang terjadi. Barangkali
kadang kita kan mbatin, lah ternyata ..
yak, aku pikir, loh kok.. yaahh ... Begitulah, silahkan menebak-nebak dan
terkejut-kejut sendiri.
Selipan ringan namun menghibur ada di adegan ketika
Amora dan sekretarisnya, Finisya. Si Fini yang cantik ini ngebet banget pengen
lancar bahasa inggris karena pengen kawin sama bule. Hihi. Meski grammernya
berantakkan, tapi doi selalu berusaha ngomong dalam bahasa inggris loh. Pede
dulu, bener belakangan. Wkwk. Nah, Amora yang bertugas ngebenerin grammernya. Mungkin
terkesan sepele dan lucu, tapi buat aku pribadi selipan macam ini bermanfaat
loh buat ngebenerin grammer di percakapan sehari-hari.
Di Awaiting You, aku nemuin istilah-istilah
baru yang maksa buat buka google.
seperti Dementia, Gibolan, Oedipus Complex, Botox, Vice Versa, Superstitious,
Snob, Pendant, Delutional, etc. Lumayan banyak. Bisa dicari di google sih, tapi
menurutku lebih keren lagi kalo ada catatan kaki yang menerangkan
istilah-istilah tersebut.
Menyoal cover, kali ini silahkan judge this book,
by it’s cover. Sama-sama manis. Warnanya juga pas, biru yang sendu. Pokoknya cocok
ya sama isi ceritanya. Karena ada juga sih novel yang covernya cakep tapi ga
sinkron sama isi cerita. Yang ini klop.
Ada beberapa kalimat inspiratif yang aku
temukan di Awaiting You ..
Saat sedang
susah, manusia seringkali bilang “why me?” padahal bisa saja Tuhan mengatakan
“why not?”
(hlm 95)
Sometimes
good things fall apart, so better things can fall together. (hlm 192)
Kadang, apa
yang sudah tidak bisa kita miliki, adalah yang terbaik bagi kita. (hlm 198)
Pesan moral yang aku dapatkan dari Awaiting
You :
Kadang untuk mengenal seseorang –bahkan orang
terdekat- tak cukup dengan waktu bertahun-tahun. Ada hal-hal yang barangkali
disembunyikan karena satu atau banyak alasan. Yang harus dilakukan (menurutku)
adalah meminimalisir pertengkaran dan memperbanyak komunikasi.
Then, ambisius itu memang boleh, harus malah.
Tapi jangan sampai kita hanya berfokus pada satu lini kehidupan saja. Ada banyak
hal yang menuntut keseimbangan.
Last but not the least, move on. Yap. Ada hal-hal
yang terjadi di luar kendali. Kita juga tidak boleh terperangkap dalam perasaan
duka yang berkepanjangan. The show must go on, right?
Recommended ya, guys. Menghibur,
menginspirasi juga menguras perasaan. Asli, aku nangis loh baca ini. I can feel
you, Amora. Aku harap penulis mau melanjutkan kisah manis ini dalam novel
berikutnya.
Empat setengah dari lima bintang untuk kisah
lovable Amora. :)
Kampret bener si Sam itu. Nggak bertanggung jawab banget. Lupa anak lupa istri. Ngilang berbulan-bulan tanpa kabar. Ehhh... tapi malah posting foto di facebook gitu.
BalasHapusMending kalau dia ngomong ke Amora bahwa dia nggak mau melanjutkan hubungan mereka. Kan kasihan si Amora, walaupun tertarik sama cowok-cowok yang deketin dia tapi dia nggak bisa berbuat apa-apa. Karena takut dosa dan dia kenyataannya dia masih terikat hubungan sama Sam.
Duh... kalo ada cowok tipe Sam disekitarku, udah aku bejek-bejek tuh orang. Jahat banget! Kurang ajar!
Eh? Maaf... jadi emosi. Panggilan jiwa seorang perempian...
Udah lama, sih, ngincer buku ini. Beberapa kali baca review dari beberapa orang. Tapi belum kebeli juga bukunya. Dan untuk kesekian kalinya, aku jadi semakin ingin beli ini. Oke, aku ke toko buku sekarang, deh.
Di awal review saya pikir tokoh yang menjadi permasalahan disini adalah Amora dan suaminya adalah suami yang sabar karena quote yg disajikan pertama kali, namun saya salah besar. Ternyata setelah dibaca semakin kebawah, sosok sang suami lah yang menjadi masalah besar disini. Terima kasih kepada Intan yang mau menulis review novel ini. Jujur ini adalah review pertama yang saya baca mengenai novel ini dan Intan berhasil membuat saya penasaran akut dengan cerita lengkapnya. :)
BalasHapus