Sayap-sayap Sakinah ..
Ketika
mempersiapkan pernikahan, pastilah segala campur baur perasaan berpadu dengan
apik dalam benak. Barangkali ada cemas, khawatir, bahagia, tak sabar. Namun,
tentulah rasa yang paling mendominasi adalah bahagia.
Kita semua sependapat bahwa menikah
itu sebuah perkara indah. (hlm. 9)
Sebagian
besar jiwa menganggap menjadi raja dan ratu sehari adalah peristiwa yang
termegah. Tak ada yang salah dengan anggapan tersebut, asal masih dalam tahap
kewajaran.
Baginda Rasul bersabda :
“Selenggarakan walimah meskipun (hanya) dengan (menyembelih) seekor kambing.” (HR Muslim)
Pada
praktiknya, banyak manusia yang konsentrasinya tersedot penuh untuk menggelar
pesta pernikahan yang megah. Ada bos media di Indonesia yang menghabiskan dana
sekitar ratusan milyar rupiah saat menggelar pesta pernikahan putrinya. Pada
pernikahan pengeran Wiliam dengan Kate Middleton, biayanya pun mencapai USD 16
juta. Begitu pun dengan pesta pernikahan para muda mudi aristokrat di Eropa,
maupun pernikahan kalangan jetset. Semuanya menyedot perhatian dunia dan
tentulah menghabiskan dana yang tak bisa dibilang sedikit.
Namun, yang
harus diingat, pesta pernikahan bukanlah sebatas pada sukacita perayaannya.
Jika diibaratkan buku, pesta hanyalah cover.
Maka, jika ada istilah ‘don’t judge
book by its cover’, kita memelesetkan dengan ‘jangan menjudge sebuah pernikahan
dari pesta walimah.
(hlm.14)
Lewat Sayap-Sayap Sakinah, pembaca akan
diajak menyelami misteri jodoh, memperbaiki tujuan menikah, cara merencanakan
jodoh terbaik, perjanjian pra nikah hingga cara bermalam pertama pun ada. Ups,
tapi tentulah bukan menyoal adegan dewasa loh ya. Melainkan menjelaskan panduan
syar’i yang harus dilakukan muslim dan muslimah agar menikmati malam terbaik
tersebut dengan sebaik-baiknya.
Awalnya,
sebagai anak muda yang belum lagi genap berusia 22 tahun dan (inginnya) menikah
sekitar 3 atau 4 tahun lagi, aku membayangkan akan digurui habis-habisan oleh
mbak Afifah Afra & Riawani Elyta, yang notabene sudah melangsungkan
pernikahan lebih dari 10 tahun lamanya. Tapi ternyata tidak! Alih-alih merasa
digurui, aku malah seperti sedang mendengarkan cerita kawan lama. Tidak menghakimi,
namun mampu membuka mata hati.
Setiap awal
bab, aku disuguhi syair-syair cantik yang memikat. Seperti ..
Selain itu,
banyak kisah kehidupan pribadi maupun kisah-kisah cinta terkenal yang
diselipkan di buku ini. Menumpas ketakutan yang sempat hadir bagi penikmat
fiksi sepertiku, bahwa buku ini akan membosankan. Nyatanya salah. Malah, buku
ini habis dalam sekali duduk (dan membuatku tak sabar ingin melanjutkan membaca
Sayap-sayap Mawaddah).
Terpikat dengan
kisah-kisah perjodohan egendaris sehingga menjadi buah bibir di sepanjang
pergiliran zaman, yang terdapat dalam buku ini. Diantaranya ada kisah Ratu
Bilqis dan Nabi Sulaiman, kisah Ali dan Fatimah, juga kisah Salman dan Abu
Darda. Semuanya menggetarkan hati.
Tak mau
kalah, kedua penulis juga menghadirkan kisah cinta pribadi mereka, yang
ternyata tak kalah manis. Mbak Afifah Afra mengalami kisah bak di novel
romance. Bertemu lalu merasakan debaran aneh bergejolak di hati, lantas
kejadian itu pun terlupakan seiring kesibukan yang meraja. Nyatanya, ketika
sang Maha Kuasa menuliskan takdirnya, mereka bertemu lagi dalam suasana ta’arufan
yang kental nuansa Islaminya.
Lain lagi
dengan kisah mbak Riawani Elyta. Aku terkikik membayangkan betapa kesalnya dia
saat telah menyiapkan kue ulang tahun spesial untuk suami ternyata, nyatanya
kue itu malah tak tersentuh hingga tak dapat dimakan lagi. Kisahnya mengajarkan kita
bahwa perbedaan itu sama sekali bukan musibah. Malah akan menjadi indah jika
kita pandai mengelola.
Banyak ilmu
baru yang aku peroleh melalui buku ini. Diantaranya, mengenai pengertian
sebenarnya mengenai dien. Dien ternyata mencakup kekuasaan, ketundukan,
peraturan dan balasan. Ada juga informasi cara mengukur bobot “separuh dien”. Lewat
buku ini, aku juga baru paham bahwa cinta ada banyak jenisnya. Yakni, sekedar liking, companionate love, empty
love, fatuous love, infatuation love, romantic love dan consummate love.
Kalimat-kalimat
favorit di buku ini :
1. Segala
yang berat pasti akan lewat dan segala yang gembira pasti juga akan sirna. Tak
ada sesuatu yang abadi selamanya. (hlm. 16)
2. Orang
hebat menulis masalah berat dengan bahasa sederhana. Orang yang ingin disebut
hebat, menulis masalah sederhana dengan bahasa yang berat. (hlm. 18)
3. Manusia
memiliki jalan hidup sendiri-sendiri. Jalan hidup itu memiliki rasa yang khas.
Original. (hlm. 22)
4. Pernikahan
itu ibarat kematian. Kita tak bisa memprediksi, hanya bisa mempersiapkan. (hlm.
36)
5. Kesabaran
adalah tindakan paling bijaksana yang selalu berhasil menjadi pemenang atas apa
pun kemelut hidup yang kita hadapi. (hlm. 184)
6. Kita yang
hidup hari ini bukan lagi kita yang eksis pada kurun waktu sepuluh tahun lalu.
(hlm. 205)
7. Pernikahan
yang sukses sering membutuhkan proses jatuh cinta hingga kesekian kali pada
orang yang sama. (hlm. 215)
8. Benar
bahwa istri hebat ada di samping suami hebat. Namun, lebih hebat lagi adalah
istri yang tetap bisa hebat meskipun terpaksa bersuamikan orang tak hebat, atau
bahkan tetap melajang karena berbagai sebab nan syar’i. (hlm. 228)
9. Jangan
turuti apa yang kamu inginkan, tapi penuhi apa yang kamu butuhkan. (hlm. 237)
Yakin masih
butuh konsultan pernikahan, jika paket lengkap informasi menyoal persiapan,
awal membina, saat menjalani, hingga penyesuaian seumur hidup pernikahan,
jawabannya ada di buku ini? Yuk, ambil satu dari rak buku di toko buku
langgananmu. Tapi, jangan lupa bayar di kasir ya! :D
asyiiik seru banget udah ada paket ilmu nih, mantap deh infonya :)
BalasHapusSemoga laris, best seller
BalasHapusTiap lihat (cover) buku ini yang wara-wiri di layar kaca hapeku, efeknya selalu gigit bibir plus gigit jari. One of my wishlist yang sampe sekarang belum kesampaian juga nih. :( Sampe pernah nih cover-nya kujadiin DP BBM saking ngebetnya. Haha.
BalasHapusSebelumnya aku sudah pernah baca review-an di blognya Kak Atria yang bikin hati ini rasanya ibarat kaki yang bertapak di tumpukan pasir dan makin jemblos hingga ke dasar. Fall in love so deep and so hard to move on. Eh, pas baca review ini serasa makin tenggelam hingga ke dada. I really wanna read it so badly. >_<
Lho, ternyata Mbak Afra dan Mbak Ria nyelipin pengalaman pribadi juga tho di buku ini? Dududuh, baru tahu lho akunya. Kirain di sini sama sekali nggak ada sentuhan dari kisah pribadi dari penulisnya. :D
Btw, pas temenku nikah, aku sempat niat mau ngadoin dia pakai buku ini. Tapi, karena nggak sempat ke tobuk, ya sudah, nggak jadi ngado. Malah sempet mikir, "kalo pun jadi ngadoin nih buku dan cuma beli satu, keknya sayang banget buat dikasih ke orang. Mending dibaca sendiri dulu aja kali ya." Tuh, saking terasa berharga dan sayangnya sama nih buku kalo beneran punya. Hahaha. :p
Yang ini judulnya Sakinah. Trus sekarang sudah ada pula yang judulnya Mawaddah. Eh, jangan-jangan nanti ada yang judulnya Warrohmah juga ya? Aaahhh seru nih bakal dapet banyak ilmu pernikahan dengan pengemasan yang menarik dan tanpa digurui sama sekali. XD
Thanks for the review. :)