Blurb :
Di antara
banyak harapan yang belum terjawab, kau salah satunya.
Namun aku
setia menunggu tiada henti.
Lagi pula,
siapa yang bisa melarikan diri dari patah hati?
Aku tidak
akan pernah menyesal menjatuhkan hati kepadamu.
Juga tak
akan pernah takut untuk kehilanganmu. Cinta tak akan pernah tersesat dan akan
menentukan sendiri ke mana muara yang ia tuju.
Jika di
ujung jalan bercabang ini aku tak menemukanmu, aku akan berbalik arah dan
kembali mencarimu. Kembali menyusuri jalan setapak yang ku temui. Tak peduli
berapa putaran telah aku lewati.
Berapa lama
lagi aku akan menunggu?
Berapa
banyak lagi luka yang akan kurasa?
Karena cinta
adalah candu, luka tak akan masuk hitunganku.
Bukankah
hanya cinta yang akan membuat hati utuh?
Terimakasih kak Mita :) |
Apa untungnya cepat puas dengan
sedikit bagian kalau kita bisa memiliki bagian yang lebih banyak? (Hlm 1)
Audrina.
Pemilik mata indah bak mata boneka, bulat dan ditutupi sepasang bulu mata yang
sangat lentik. Hari-harinya diliputi ketidakbahagiaan akibat kesalahan masa
lalu papa dan mamanya. Ya, Audrina adalah korban perceraian.
Gadis ini
tak dapat memilih untuk tinggal bersama siapa. Saat ia masih kecil, papa
membawanya pergi. Jauh dan menghilang dari rumah lama mereka. Beberapa tahun
kemudian, papa menghadiahinya ibu tiri yang jago memasak kue. Namun tak
memiliki kelembutan sama sekali. Ditambah dengan sikap papa yang dingin dan
berjarak, sudah cukup membuat hari-hari Audri bak di neraka.
Kalau kamu mau refreshing, pergi saja
sendiri atau sama teman-teman kamu. Nanti biar papa yang bayar semuanya. (hlm 65)
Kenangan
yang ia bawa dari masa kecil ialah selembar foto dirinya bersama mama dan adik
kecilnya, Milana. Ditambah satu kata yang tak sengaja disebutkan papa, Makassar.
Kota yang diyakini Audri sebagai kota masa kecilnya.
Audri sering
berandai-andai, jika boleh memilih, tentulah ia akan memilih tinggal bersama
mama. Mama yang cantik, baik dan lembut. Sangat bertolak belakang dengan ibu
tirinya.
Semua
tekanan hidup perlahan membentuk Audri menjadi gadis introvert. Hanya Bastian,
satu-satunya lelaki sekaligus sahabat yang dimilikinya. Selain itu, Audri juga
kerap berbohong, menambahkan variasi di sana sini dalam setiap ceritanya demi
mendapatkan perhatian.
Batas antara kesedihan yang nyata dan
palsu bisa jadi amatlah tipis. (Hlm 30)
Dengan sedikit basa-basi penuh
keramahan, aku merasa sudah berhasil memegang kendali, merebut kembali apa pun
yang tadinya kupikir hampir teralih dariku. (hlm 52)
Aku hanya mencoba membuat orang-orang
lebih peduli kepadaku. (hlm 77)
Untunglah,
Audri dikarunia kecerdasan di bidang akademik. Selain itu ia juga memiliki
bakat dan keahlian khusus di bidang scrapbook. Bakat yang mengantarnya dapat
bekerja sebagai pengajar di tempat kursus pembuatan scrapbook milik tante Rosa.
Scrapbooking isn’t about scraps of
paper and photos. Scrapbooking is about scraps of life-yours and those special
to you. – Rebecca Sower (hlm 25)
Saat menjadi
juri perlombaan membuat scrapbook yang diadakan tempat kursus tersebut, Audri
menemukan foto yang sama persis seperti miliknya. Pengirimnya adalah Andhita M.
Meski Audri tak mengingat nama lengkap adiknya, namun ia yakin gadis itu adalah
Milana. Ada alamat yang tertera pada foto tersebut, namun untuk terbang ke
Makassar, jujur saja Audri masih perlu menimbang-nimbang.
Hingga, saat
menemukan foto peninggalan tersebut tercabik-cabik dan Audri tentu tau siapa
pelakunya. Keputusannya bulat. Berbekal uang tabungan dan kekacauan yang
sengaja ia tinggalkan di rumah, Audri terbang ke Makassar.
Kau boleh saja menghinaku, tapi kau
tak boleh menyentuh kenangan milikku yang paling berharga. (hlm 104)
Dan benar. Audri
menemukan adik kecilnya berikut mama dan neneknya. Ia sangat berbahagia.
Mendapatkan perhatian dan kasih sayang tulus untuknya adalah kebahagiaan dalam
artian sebenarnya. Namun, saat fakta menyibak tabir sebenarnya bahwa sosok mama
yang Audri anggap sempurna pun ternyata punya cela fatal, apa yang harus Audri
lakukan?
Membenci
mama?
Pulang
menemui papa yang keras dan dingin?
Belum lagi
perintah papanya agar Audri kuliah di jurusan Teknik Arsitektur. Jurusan yang
tidak Audri suka. Ditambah beban mental menghadapi ibu tiri yang tak hanya jahat
namun juga doyan selingkuh. Semuanya sukses membuat Audri gamang.
Semua orang pernah berbuat kesalahan.
Tapi satu yang harus kamu ingat, kedua orangtuamu sangat sayang kepadamu. (hlm 209)
Meskipun kita tidak bisa memperbaiki
masa lalu, kita bisa mempersiapkan masa depan kita dari sekarang. (hlm 230)
Bitter
Winner adalah seri 7 deadly sins pertama yang aku baca. Kali ini dosa pemeran
utama adalah lust atau nafsu. Di
awal-awal cerita, Audri berhasil mendapatkan simpatiku. Betapa hidupnya sepi
dan menyedihkan. Tapi semakin menyibak ke halaman berikutnya, ketidaksempurnaan
Audri makin kentara.
Boleh jadi
tampak luar ia terlihat tidak berdaya. Namun Audri tak akan segan-segan
berbohong agar perhatian dan iba tercurah padanya. Ada adegan saat Audri berbohong
pada Bastian saat pesta Prom. Juga saat Audri bersandiwara di depan bi Ima agar
perempuan itu membelanya dan menganggap Bastian jahat. Belum lagi
kebohongan-kebohongan lainnya yang Audri luncurkan. Penulis sukses
mengaduk-aduk emosi dan membuatku membenci
tokoh utama ini.
Konflik yang
disajikan lewat curhat Audri ke
pembaca maupun reaksi dari peristiwa-peristiwa yang ia alami, berjalan mulus. Tidak
ada yang terasa janggal. Selain Audri, sosok ibu tiri juga sukses menjadi
pemeran antagonis di Bitter Winner. Kebayang deh sosoknya kek nenek sihir,
lengkap dengan suara nyaring yang menyebalkan. :p
Bagian
favoritku adalah saat Audri berada di Makassar. Penulis menyelipkan informasi
mengenai kota cantik ini dalam porsi pas. Baik itu dari segi bahasa, makanan
khas maupun daerah wisatanya. Nambah ilmu sekaligus menggoda buat nabung biar
someday bisa nyicipin es pisang ijo langsung dari daerah asalnya. :D
Mengenai
judul, aku kurang paham, kenapa judulnya Bitter Winner, sedangkan dalam cerita,
Audri nggak mengikuti kompetisi apa pun. Apa ini berkaitan dengan lomba
scrapbook yang diikuti Milana, ya?
Oh ya, aku suka
dengan pembatas novel ini, bentuknya unik. Selain itu, yang menambah poin plus,
pada setiap awal bab penulis menyuguhkan quote-quote yang nggak cuma keren tapi
juga relevan.
Overall,
nggak nyesel baca Bitter Winner. Semua konflik bisa diselesaikan penulis dengan
rapi. Jadi nggak ada pertanyaan mengganjal saat novel ini diselesaikan. Konflik
yang terjadi pada Audri juga ngasih pelajaran penting. Betapa penting untuk
belajar memaafkan dan menerima ketidaksempurnaan. Baik ketidaksempurnaan dari
diri sendiri maupun orang lain.
Kau boleh menukar khayalan dengan realitas ataupun harapan dengan kenyataan kapan pun kau mau, meski pada akhirnya terasa semu. (Hlm 33)
4 bintang
untuk metamorfosis nafsu yang membaik.
Beberapa kali ketemu novel ini. Aku cukup tertarik sama covernya, juga ratting di goodread yang lumayan. Tapi, aku ragu untuk membelinya.
BalasHapusSaat membaca reviewnya, aku cukup bisa membayangkannya. Tapi, aku kok merasa novel ini menggunakan dosa pemeran utamanya adalah kebohongan, ya. Tapi, di review sudah ditulis kalau dosa pemeran utamanya si kepalsuan.
Sepertinya - lagi, karena aku memang belum baca - novel ini mirip dengan Novel Beautiful Liar karyanya Dyah Rinni. Mbak Intan udah baca?
Aku suka sama novel itu, karena intrik-intrik yang harus dipikirkan benar-benar oleh penulis. Membuat novel seperti ini pasti sulit. Lebih sulit dari bikin novel roman.
Ini Resensi Novel Beautiful Liar yang aku buat >> http://dianputu26.blogspot.co.id/2015/07/resensi-beautiful-liar-karena-sekali.html
Emang bner kata orang, kalo karakter seseorng itu ditentukan lingkungan. Lah wong hidup si Audri gak ada bahagia2nya gtu, gak salah lah dia jd pnya 'kelainan' atau sisi gelap yg kumaklumi. Belum tntu jg kl aku jd si Audri aku mash bs pnya kesabaran tingkat tinggi ngadepin ibu tiri yang sifatnya kaya setan. Yah emanglah hidup itu harus berjalan, pgn rasanya ngomong gni ke karakter Audri: "Dri, kl lu gak kuat sama kelakuan ibu tiri lu yg kejam, mending lu ke Jakarta sono. Dan rasain, kl Ibu kota itu lebih kejam daripada ibu tiri lu." hehehehee
BalasHapus