Pernikahan
ibarat buah segar. Pernah lihat anggur yang dipajang menawan? Dari tampilan
kulitnya saja yang merah merona, akan mampu menyedot rasa ketertarikan yang
besar dari siapa pun yang menatapnya. Kita penasaran, menatapnya berlama-lama.
Ingin mengulik isinya, mencicipi rasanya, membayangkan kelezatannya. Hlm 7
Di Indonesia minat menikah masih sangat
tinggi. Namun di sisi lain muncul juga gejala naiknya angka perceraian sekitar
satu dasawarsa terakhir. Dari sekitar seratus pernikahan yang terjadi, belasan
pernikahan ternyata berakhir pada perceraian. Dari dua juta pasangan menikah
tahun 2010 saja, 285.184 pasangan bercerai. Aduh, menjadi yang terdepan dalam
sebuah peristiwa yang sangat dibenci Allah SWT, sangatlah menyesakkan.
Bermodal
Sakinah, Berbuah Mawaddah Warahmah..
Jika melihat sekilas uraian Imam al-Mawardy
(hlm 24), definisi mawaddah adalah semacam perasaan cinta yang bersifat fisik,
passionate (gairah), sebagaimana yang terjadi antara dua orang yang berlawanan
jenis.
Pada hlm. 28 dijelaskan juga bahwa Mawaddah
berasal dari kata wadda – yawaddu – wuddan – mawaddan yang artinya adalah
cinta.
Ketika
segala sesuatu telah menemukan titik yang stabil, tidak goyah, alias cenderung
dan merasa mantap. Jadi, jodoh adalah pengendali. Rem untuk yang suka ngebut,
gas untuk yang suka malas. Karena ada kendali maka kita jadi stabil, tidak
mudah goyah. Hlm 22
Dalam buku pertama, Sayap-Sayap Sakinah, mbak Afifah Afra dan Riawani Elyta telah
banyak membahas konsep-konsep dasar pernikahan. Dalam buku Sayap-Sayap Mawaddah ini, penulis membahas hubungan suami dan istri
dengan konsep mawaddah sebagai fokusnya. Penjelasan mendetail tentang mawaddah
bertaburan di sepanjang buku ini.
Ditambah dengan naskah lima pemenang “Lomba
Menulis Kisah Sejati Miracle of Love In Marriage”. Juga dilengkapi dengan
tulisan suami mbak Afifah Afra yang berprofesi sebagai dokter. Beliau menulis
tentang seksologi. Menjadikan buku ini semakin sedap untuk dilahap.
Dalam bahasannya mengenai mawaddah,
diselipkan kisah cinta insan-insan mulia, seperti Adam dan Hawa, Cinta tak
sampai Thalhah bin Ubaidillah, juga kisah pemuda penemu apel dan gadis buta –
bisu – tuli – lumpuh. Semua kisah yang dihadirkan sangat menggugah hati. Mengajarkan
arti sebenarnya dari sebuah kata cinta.
Cover Sayap-Sayap Mawaddah juga tak kalah
manis seperti buku sebelumnya. Warnanya yang segar, seolah turut mengajak untuk
menyibak halaman demi halamannya hingga tuntas.
Oh ya, (Masih) ada pula puisi-puisi cantik di
setiap awal bab, seperti di Sayap-sayap Sakinah.
Sejatinya,
cinta hanyalah perkara
Saling
membuka diri
Saling
memberi ruang
Untuk sejuta
catatan tentangmu
Yang tersimpan
di hatiku
Untuk sejuta
catatan tentangku
Yang
tersimpan di hatimu
Dan tentang
waktu khusus yang kita sediakan
Untuk
membaca dan memahaminya
(Afifah Afra)
Bagian yang paling membuat pipi memerah malu-malu
adalah pada bagian ‘Seksualitas dalam mawaddah’.
Dijelaskan dengan sangat lengkap, tentunya
dengan bahasa yang santun. Dari mulai mengenai orgasme, foreplay, impotensi,
obat kuat dan lainnya. Komplit! Lebih baik tau lewat buku yang bermanfaat ini
dibanding dengan ‘tindakan coba-coba karena penasaran’ kan?
Ada cerita yang sangat menarik di bagian ini.
Betapa perempuan ternyata harus menjadi ‘sedikit nakal dan liar’ untuk menjaga
hati dan gairah suaminya. Well, ceritanya ada seorang selir yang mengalahkan
3000 selir lainnya untuk berguru teknik seks pada seorang pelacur.
Benar kata
pepatah, kesetiaan istri diuji saat suami tak punya apa-apa. Sementara,
kesetiaan suami diuji saat dia telah memiliki segalanya. Hlm 185
Buku ini laksana peta bagi pasangan yang baru
akan, sudah atau telah menikah. Menggambarkan secara gamblang apa yang harus
dilakukan lelaki dan wanita agar pernikahan senantiasa samara.
Selain mengajak tersenyum lewat ‘bulan banjir
madu’, ternyata kita harus melek dengan kehadiran orang ketiga. Apa yang
seharusnya dilakukan untuk mencegah hal itu terjadi juga dijelaskan di buku
ini.
Yang paling berkesan adalah tentang analogi
orang hendak bercerai, digambaran seperti dua orang yang sedang berpuasa. Yang
A fisiknya masih kuat untuk lanjut, sedangkan B sudah benar-benar kepayahan
Jika keduanya memutuskan membatalkan puasa, siapa
yang pembatalannya bakal dilaknat Allah? Ini mengingatkanku akan seorang teman
yang susah payah menahan ‘kewarasan’ gara-gara pasangan hidupnya yang ‘mengerikan’.
Diajak cerai tak mau, diajak memperbaiki diri malah mengamuk. Duh!
Empat dari lima bintang untuk ‘peta
pernikahan’ dalam Sayap-Sayap Mawaddah. :D
Tidak ada komentar