Semua yang
kulihat dan kualami jadi pelajaran hidupku. Bukan sekedar masa lalu. Hlm 28
Nilam Larasati. Gadis yang punya kebiasaan
selalu terburu-buru. Tugasnya menginput kode barang di komputer. Akhir-akhir
ini banyak data yang tidak sesuai karena efek mengantuk yang menderanya
gara-gara kecanduan mengobrol di grup WhatsApp. Di grup WhatsApp itu, Nilam
seakan menemukan pembebasan dari rasa sepi, bertemu dengan teman-teman lama
semasa SMA.
Bumerang datang saat salah satu dari anggota
grup merencanakan reuni pada hari ketiga lebaran. Nilam sudah dua kali absen
dengan alasan “ada acara keluarga”, padahal sebenarnya ia malas ditanyai
tentang statusnya yang masih single di usia yang sudah 35 tahun.
Siapa menyangka, dikarenakan satu kenangan
yang melekat kuat, diam-diam Nilam sudah berniat selibat. Tak akan menikah.
“Kenapa
harus takut hidup sendiri? Toh, kita lahir di dunia ini juga sendiri. Mati juga
nggak ada yang mau menemani. Menghadap Tuhan juga seorang diri!” hlm 77
Agar bisa melenggang dengan tenang ke acara
reuni itu, tanpa sengaja Nilam merencanakan kebohongan yang luar biasa. Ia
meminjam cincin bekas pertunangan Kanti –Istri kakak sepupu Nilam- dengan Aryobimo,
mantan masa lalunya. Tak hanya itu, Nilam juga memasang status ‘palsu’ di
WhatsApp : bertunangan dengan Aryobimo.
Nilam tak pernah menyangka kebohongan yang ia
anggap sepele, menyeretnya dalam keadaan serba menyusahkan. Diminta bertanggung
jawab oleh lelaki tinggi besar bernama Aryobimo karena menganggap Nilam telah
merusak rumah tangganya. Tiba-tiba didatangi brondong bernama Nando Sadewo,
yang mengaku sebagai adiknya. Oh, belum cukup, wanita tua bernama Zuraida juga
turut menampakkan diri untuk membawa kabar duka, membuat energi Nilam rasanya
terkuras habis.
“Terus?
Kalau rumah tangga kami nggak wajar, nggak harmonis, nggak bahagia, atau
mungkin kamu anggap aneh, kamu merasa berhak untuk menghancurkannya?” hlm 76
“Saya nggak
punya bapak. dia sudah hilang dimakan ikan hiu!” hlm 87
Akankah janji Nilam menuntut benar-benar ditepati?
Ini kali pertama aku membaca novel karya kak
Netty Virgiantini, Cincin setengah hati. Mari kita lihat dari cover dulu yess.
Kalo masalah cantik atau nggak, covernya cantik, hijaunya juga lembut. Namun
menurutku covernya kurang cocok dengan isi cerita. Diceritakan bahwa cincin
separuh hati itu terbuat dari emas putih, berbentuk hati separuh dengan hiasan
permata kecil. Nah di cover malah menghadirkan 2 cincin emas kuning polos. Nah
loh. :D
Lalu, soal penokohan. Dari awal aku gemes
sama si Nilam. Dia tokoh utama tapi nggak adorable.
Susah untuk menyukai karakter utama seperti ini. Fisikly juga nggak dijelaskan,
jadi susah ngebayanginnya bentuk gadis ini seperti apa. Tokoh lain juga kurang
berkesan. Cowok yang membuat Nilam klepek-klepek malah digambarkan seperti debt
collector. Hihi. Eh tapi ada nih yang bikin jatuh cinta, yaitu mbah Uti.
Kebayang deh betapa wise & menyenangkannya nenek Nilam ini. Pintar masak
pula. wah!
“Ya, kalau
kata Mbah Uti, semua orang hidup itu sawang-sinawang, pak. Cuma bisa melihat
satu sama lain. Selalu merasa orang lain lebih beruntung dari kita. Padahal,
semua orang pasti punya masalah sendiri-sendiri.” Hlm 159
Sempat agak kecewa juga di lembar-lembar
pertama, penulis terlalu cepat membuka ‘tabir rahasia’ masa lalu Nilam. Baru
saja menyibak halaman 28, semuanya sudah terkuak. Yahhh.. mulai deh nebak
sana-sini.
Lalu, ada juga ketidak-konsistenan yang
digambarkan di sini. Di hlm 12, disebutkan bahwa hanya Nilam dan Tuhan yang tau
akan niatnya untuk tidak menikah, tapi di hlm 28 menceritakan bahwa Kanti juga
tau niat itu. Di hlm 77 malah mengatakan bahwa hanya orang-orang tertentu saja
yang tahu? Jadi?
Juga, ada percakapan yang terkesan diulang,
seperti percakapan mengenai niat Nilam yang tak ingin menikah selamanya. Juga
percakapan mengenai apakah Kanti telah ikhlas lahir batin melepas seorang Aryobimo?
Berulang-ulang. Tokoh-tokohnya jadi terlihat super-bawel.
Namun, semakin menyibak menuju akhir halaman,
aku cukup terhibur karena diselipkan beberapa adegan lucu. Kecenya lagi, novel
ini juga menyisipkan pesan-pesan moral untuk para pembaca.
Pesan moral :
1. Alangkah pentingnya untuk belajar menjadi super mama. Boleh cinta asal jangan
menggantungkan diri pada suami. Pokoknya jangan sok-sok lebih sedih daripada
anak. Saling menguatkan, bukan malah terlalu lama dininabobokan kesedihan.
2. Jangan sembarangan berjanji. Orang bijak
bilang, ada dua kondisi di mana kita nggak boleh mengucap janji. Pertama, waktu
sedang merasakan sedih yang terlalu dan kedua saat merasakan bahagia yang
berlebihan. Otak kita cenderung ‘berlebihan’ pada dua kondisi tersebut.
Janji yang
nggak membawa kebaikan, nggak perlu ditepati. Hlm 226
3. Move on adalah sebuah keharusan.
Kita memang
nggak bisa mengubah masa lalu, tapi kita bisa belajar untuk nggak mengulanginya
lagi. Dalam hidup ini, nggak ada jaminan yang pasti untuk sebuah hubungan.
Siapa yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan? Hlm 239
Tiga dari lima bintang untuk janji yang tak
perlu ditepati. :)
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus