Keterangan
Buku :
Judul :
Tenaga Kerja Istimewa
Penulis : Naiqueen
Penyunting :
Ika Yuliana Kurniasih
Perancang
sampul : iStock
Pemeriksa
aksara : Septi Ws
Penata
aksara : Martin Buczer
Penerbit :
Bentang Pustaka
Tahun terbit
: September 2015 (cetakan pertama)
ISBN : 978 –
602 – 291 – 120 – 3
Jumlah
halaman : x + 366 hlm
-buntelan
dari Bentang Pustaka, kak Naiqueen & kak Sulis
“Saat aku
bicara cinta dalam bahasaku, dan kau dengan bahasamu. Saat ada dua orang berlainan
bangsa dan bahasa saling menyatakan cinta dalam dua bahasa asing yang tidak
diketahui satu sama lain, apakah menurutmu mereka akan saling memahami?” – hlm 339
Annisa Cahyawulan, a woman with the moonlight. Adalah TKI muda berusia 19 tahun yang
berasal dari Lampung. Ia pernah mengenyam bangku kuliah, namun tak punya banyak
pilihan saat ayahnya meninggal dalam kecelakaan lalu lintas. Ia yang merupakan
anak sulung, yang masih mempunyai 3 orang adik, memilih bertolak ke Jeddah
untuk mengais rezeki.
Gadis ini adalah TKI istimewa. Parasnya
cantik, pun mampu bercakap dalam Bahasa Inggris. Teh Yuni, TKW senior yang
punya pengalaman lima belas tahun bekerja di berbagai negara Timur Tengah,
pernah mengatakan mata Annisa-lah yang menjadi daya tarik terbesar, bukan
senyum malu-malu yang sering terkembang di bibirnya yang berbentuk seperti
busur, atau parasnya yang jelita.
Annisa memiliki mata redup seperti mengantuk
yang dibingkai bulu mata lentik dan lekuk alis yang halus. Memancarkan
ketenangan. Menunjukkan kepribadiannya yang lembut dan penyabar.
Takdir menyeretnya menjadi pelayan di
paviliun pribadi milik putra tunggal keluarga El Talal, pangeran Yousoef Akbar.
Keluarga ini adalah keluarga terkaya nomor empat di dunia.
Annisa mendapatkan tugas membersihkan piring-piring.
Kelihatannya sepele, namun ternyata bukan tugas mudah karena jumlah piring itu
ada ratusan dan dikategorikan berdasarkan negeri asal pembuatan. Annisa harus
menghafal fungsi dan jenis peralatan itu tanpa terkecuali dalam waktu seminggu
saja.
Pada suatu hari, gara-gara insiden nyaris
diterjang kuda pemarah, Annisa bertemu dan ditolong oleh laki-laki yang luar
biasa tampan. Laki-laki itu ternyata adalah sang pangeran Yousoef Akbar –
pangeran yang tengah patah hati sejak ditinggal menikah oleh mantan kekasihnya,
Putri Muna.
Insiden itu membuatnya mendapatkan kesempatan
melayani pangeran saat menyantap makanan. Siapa sangka, ia malah dijebak dengan
permintaan yang sungguh berat : pura-pura menjadi istri pangeran Yousoef Akbar
selama satu tahun penuh dengan tujuan menghadirkan aib paling manis bagi
keluarga El Talal.
Dunia Annisa jungkir balik. Mau menolak jelas
tak bisa. Pangeran tampan itu tak menerima penolakan. Menerima pun artinya siap
menghadapi cacian, sindiran, bahkan amarah nyonya Janeeva – ibu kandung
pangeran Yousoef.
Apakah Annisa sang gadis lugu ini mampu
menghadapi semua tekanan yang datang kepadanya?
Sanggupkah ia menahan diri untuk tidak jatuh
cinta pada pangeran Yousoef yang sangat amat menawan?
Saat putri Muna datang lagi? Dan ada sosok
baru dari Indonesia mengusik hidupnya, akankah ‘perahu’ tetap membutuhkan
‘jangkar’?
“Jauh lebih
mudah menikah dengan wanita yang bisa anda bayar dan tidak akan berharap lebih
dari anda, daripada menikahi wanita sederajat yang akan menuntut untuk anda
cintai padahal anda tidak yakin bisa memberikannya.” – hlm 221
Sudah cukup lama tak ada novel yang bisa membuatku
tertawa bahagia, mesem-mesem iri, lantas menangis cukup lama, pokoknya mengkel maksimal. Aku ngerasa beruntung
bisa menemukan paket lengkap perasaan tersebut saat membaca Tenaga Kerja
Istimewa.
Langsung jatuh cinta dengan karakter tokoh
utama di novel ini, Annisa. Parasnya cantik, bisa bahasa Inggris, di
lembar-lembar awal juga diselipkan info bahwa gadis ini senang membaca. Kepribadiannya
juga lovable. Sukaa!
Sempat bertanya-tanya, kenapa Annisa ga nyari
kerja di dalam negeri aja ya? Minimal jadi bintang iklan atau model majalah
fashion gitu. Hehe :D Tapi kalo mengingat si Annisa datang dari daerah yang
lumayan jauh dari ibukota, kayaknya emang sulit buat ke arah sana kali yes.
Dari awal, udah dibikin mesem-mesem iri saat
adegan pertemuan Annisa dan pengeran Yousoef. Sebenarnya udah tersirat kok,
Annisa udah jatuh kagum sama pengeran Yousoef jauh sebelum ia tau bahwa
laki-laki itu adalah pangeran.
Tempo awal cerita terbilang cepat, aku sempat
ngeluh “eh tau-tau udah nikah aja”.
Tapi serius, makin menyibak halaman demi halaman, aku makin ga bisa berhenti.
Setiap lembarnya menarik. nggak ada detail cerita yang bisa diskip seenaknya.
Aku cenderung membaca dengan santai. Nggak pengen melewatkan detail demi detail
yang dituliskan kak Naiqueen.
Untuk adegan favorit? Hmm, sebenarnya banyak.
Tapi yang paling bikin ngakak adalah saat Putra –teman baru Annisa yang
merupakan anak duta besar Indonesia- berkunjung untuk menjenguk Annisa yang
baru saja tertimpa musibah. Pas pangeran ‘merampas’ bunga matahari dari Annisa,
lalu ngebuangnya ke tempat sampah, aku nggak bisa nahan ketawa. “Ish, dasar lelaki kece sok cool!” :p
Meski nggak bisa dibandingkan dengan
menawannya pangeran, tapi aku juga menyukai sosok Putra. Cowok Indonesia ini
punya pede yang bagus, karakternya juga lovable daaaannn dia juga tampan kan?
*seger bener, ketemu cowok-cowok tampan hihi
Oh iya, banyak juga pengetahuan baru yang aku
dapatkan dari novel ini, diantaranya :
1. Jangan banyak senyam-senyum sama laki-laki
Arab. Di Jeddah lain adatnya, kalau banyak senyam-senyum bisa dianggap genit
dan disangka sengaja mau menggoda.
2. Di Arab, mempelai perempuan hanya
memberikan persetujuan, tetapi tidak menghadiri akad nikahnya seperti yang umum
terjadi di Indonesia.
3. Tentang makanan. Orang Arab bertingkah seakan-akan
mereka bisa menghabiskan semua makanan melimpah yang tersedia di atas meja
makan untuk diri sendiri. Lima macam hidangan daging, tiga jenis masakan lain,
tiga macam minuman. Tujuh puluh hidangan penutup. Wow!
4. Barangkali inilah kenapa banyak yang pengen
jadi TKI ke Arab kali ya. Fasilitasnya komplit. Bahkan jauh dari fasilitas
kantoran di daerah :D
Untuk khadimat saja, isi kamarnya komplit.
Ada TV plasma 32 inci, lemari pakaian, tempat tidur bermatras tebal dan kamar
mandi dengan keran air hangat dan dingin. Lebih dari sepuluh setel abaya juga disediakan
sebagai seragam. Wuih.
“Itu karena
saya hidup dengan separuh kaki terkubur dalam tanah, sedangkan Yang Mulia sama
sekali tidak menyentuhnya karena tinggal di langit.” – hlm 185
“Kau pikir seperti apa kehidupan lima generasi
di atas kita, hah? Sebelum menemukan emas hitam di bawah tanah gurun kita yang
tandus, kita hanya sekelompok suku primitif yang saling berperang satu sama
lain.”
– hlm 245
Di sini, kita juga akan diajak menengok
langsung kehidupan orang ‘sangat kaya’. Diajak melongo dengan gaya hidup
pangeran. Tapi sekaligus menyingkap tabir bahwa jadi orang sangat kaya pun nggak
menjamin orang bisa bahagia.
“Obat
mujarab saat patah hati adalah dengan meraih sukses sesegera mungkin, bukannya
terpuruk bersama luka yang kamu rasakan.” – hlm 354
Endingnya? Hmm.. aku nggak mau komen ah. Tapi
yang jelas, aku mengharapkan banget ada sekuel dari novel kece ini. Ya masa,
aku nangis lebih dari 15 menit gara-gara endingnya yang aduhai bikin syok. :(
Very very nice novel. 4,5 bintang dari aku.
Aku baca ini pas di wattpad... Bagus... Cinderella modern
BalasHapusAwal baca, lumayan bagus meskipun Nisa nikahnya kecepetan. Di tengah2, kayakna trlalu fokus jelasin detail background lokasi daripada alur cerita. Dan endingnya tuh yang paling wtf?! Mungkin niatnya realistis tapi jadi kebanting banget dengan awal cerita yg bertema roman picisan. Kecewa berat dengan endingnya.
BalasHapus