Keterangan
Buku :
Judul :
Saujana Cinta
Penulis :
Indah Hanaco
Editor :
Donna Widjajanto
Penata letak
: Fitri Yuniar
Desain
sampul : Orkha Creative
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978-602-03-2622-1
Tebal : 250
hlm.
Blurb :
Sejak awal, Pia Miriam tahu risiko karena
lancang menyukai Alec Kincaid yang justru jatuh hati pada kakaknya. Tapi Pia
tidak mundur, tidak juga berupaya meraih hati aktivis yang suka memakai kilt
itu. Keinginan sang gadis sederhana saja: melihat Alec bahagia.
Ketika akhirnya Alec patah hati, Pia sama
menderitanya. Tak dinyana, berbagai rintangan dan iman yang naik-turun justru
mendekatkan mereka. Pelan tapi pasti, Pia menjelma menjadi peringan duka bagi
Alec. Keduanya pun mulai berani berharap bisa menemukan jalan bahagia.
Hingga sebuah peluru mendebukan mimpi-mimpi
mereka.
--
Sebelum review dimulai, aku cuma pengen kasih
pesan ke Ketimpukers yang barangkali lagi patah hati, yang mencintai namun tak
berbalas, yang ingin berusaha namun dikekang keadaan, selain (tentu saja)
banyak-banyak berdoa pada Tuhan, aku saranin kalian musti baca novel-novel kak
Indah Hanaco. Kenapa? Karena ada satu benang merah yang begitu aku sukai dari
novel-novelnya kak Indah : ada cinta baru selepas harapan yang (kerap) mendebu.
Btw, baca bareng Saujana Cinta ini telah
berlangsung di timeline twitter aku : @inokari_ pada tanggal 15 April hingga 21
April lalu. Proses bacanya bener-bener ga kerasa. Eh tau-tau udah seminggu aja.
Kadang ketawa, kadang nangis. Boleh dibilang, Saujana Cinta ini emang
mengaduk-aduk emosi. Cinta Tuhan pada manusia itu memang luar biasa, yahh..
walaupun kita kerap bandel terhadap aturan-aturan dari -Nya.
Saat tau bahwa Saujana Cinta mengambil tema
beda keyakinan, aku sempat khawatir, kira-kira bagaimana cara kak Indah
mengemas cerita tentang Pia dan Alec ini? Karena tau sendiri kan, kalo udah
bahas keyakinan, salah dikit aja bisa menyulut emosi. Yang males ibadah aja
jadi kesentil sampe ngamuk, kalo keyakinannya diusik. Tapi beneran salut sama
kak Indah, cerita ini dikemas begitu rapi. Tanpa menyakiti, tanpa menghakimi.
Selain itu, tema mengenai aktivis lingkungan
begitu kental di sini. Ingat Alec Kincaid kan? Itu loh, si bule ganteng,
keponakan Lockhart, yang kerja di Sea World Conservancy (SWC). Udah baca Tuhan
untuk Jemima belum? Kalo udah, kamu pasti ngeh
siapa Alec yang aku maksud. Kalo belum baca, kamu kudu baca, soalnya ceritanya
baguuss! :D
Kisah Saujana Cinta berawal dari “Annual
Meeting : Back to Green Planet” yg diselenggarakan di Singapura. Di acara keren
ini, aktivis lingkungan dalam ranah berbeda, seperti perlindungan panda, penyu
hijau, dll, berkumpul. Di sini lah Alec bertemu Runa Nawami, aktivis dari
Indonesia. Tepatnya dari Wildlife of Sumatra.
Runa terlihat cerdas dan menarik. Ia gampang
dikenali karena satu-satunya gadis berjilbab di acara itu. Walupun sama sekali
tak berniat jatuh hati hanya dengan interaksi yang hanya berlangsung hitungan
hari? Alec merasa Runa mampu mengambil sesuatu dari dadanya. Haingga, di hari
terakhir kegiatan Annual Meetting, Alec nyoba nyampein perasaannya ke Runa,
tapi apa daya, Runa punya prinsip tegas yang tak boleh dilanggar bernama
keyakinan.
Setahun berlalu, perasaan Alec belum berubah,
ia masih ingin memperjuangkan Runa. Jadi, saat ada kesempatan terbang ke
Indonesia, tepatnya Medan, untuk penggalangan dana berikut kampanye SWC, Alec
tak mau membuang kesempatan. Sayang beribu sayang, ia gagal bertemu Runa, gadis
itu tengah terbang ke Inggris untuk acara Annual Meeting : Back to Green
Planet.
Alec boleh berencana, tapi semesta punya skenario
cerita sendiri. Alec malah bertemu dengan Pia di Medan. Gadis ini ternyata
adiknya Runa. Alec tentu saja excited berikut heran. Heran karena Pia sungguh
berbeda dengan Runa, baik dari segi penampilan, cara bicara, semuanya.
Dari sinilah kisah rumit bergulir ..
Alec tergila-gila dengan Runa, adiknya Runa
malah tergila-gila sama Alec. Berikut naik turun iman dan atmosfer penyelamatan
paus yang kian butuh perjuangan.
Untuk penokohan, baik Alec maupun Pia,
sama-sama mudah dicintai. Meskipun Alec suka menggunakan kilt, susah
berkomunikasi sama manusia (lebih gampang ngobrol sama paus. Haha), juga
baperan, tapi dia memang menawan, ga ragu buat berjuang. Saat ending cerita,
aku makin sukaaaaa sama si Alec.
Pia Miriam? Cewek ini punya kemampuan
bersosialisasi sama anak kecil yang patut diacungi jempol. Prinsipnya buat pake
jilbab untuk menuruti perintah Tuhan, bukan untuk sekedar menyenangkan orang
lain, termasuk orangtuanya, juga prinsip yang luar biasa. Berapa banyak sih
orang zaman sekarang yang berani ngikutin kata hati dibanding betah pake
topeng, kayak Pia? Dia layak jadi tokoh utama. Jauh dibanding Runa yang diawal
cerita begitu mencuri perhatian.
Yang bikin novel ini makin ‘berisi’ karena
kak Indah tetap menyelipkan pengetahuan mengenai penyelamatan lingkungan. Dari
mulai istilah berserker, odin, sleipnir, saga, asgard yang bertebaran. Hingga
menyoal bangsa Celtic. Sarat pengetahuan, tapi ga bikin bosan.
Salah satu faktor penting yang membuat dag
dig dug serr selama membaca adalah karena kak Indah menyelipkan seorang tokoh
yang ga diketahui siapa, tujuannya apa *yang jelas cemass aja kalo tokoh ini
udah muncul. Ternyata, sang tokoh punya andil besar bagi kelangsungan cerita
Saujana Cinta. Kak Indah pinter ya main rahasia-rahasiaan. Belum selesai
Saujana Cinta, maka rahasia itu tetap tersimpan rapi. Dibocorin sedikit demi
sedikit sampe gregetan. haha
Menurutku, pesan moral dari novel ini luar
biasa. Betapa Tuhan itu bukan alat barter. Keyakinan tak boleh digadai atas
apapun, termasuk untuk hal bernama cinta.
Selain itu kak Indah juga berpesan lewat
novel ini bahwa pernikahan seharusnya membuat seseorang menjadi manusia lebih
baik. Bukan sebaliknya.
Aniwei apa masih perlu aku kasih tau, aku
kasih rating berapa buat novel ini? *langsung meluncur ke goodreads ah :D
Recommended!
Tidak ada komentar