Blogtour ADA
APA DENGAN CINTA? (AADC?) – Silvarani || Review & Giveaway
Keterangan
Buku :
Judul : Ada
Apa dengan Cinta?
Penulis :
Silvarani
Adaptasi
dari film Ada Apa dengan Cinta?
Produksi
Miles Films (Miles Productions)
Sutradara :
Rudi Soedjarwo
Cerita :
Mira Lesmana, Riri Riza & Prima Rusdi
Skenario :
Jujur Prananto
Penulis
skenario pendamping : Prima Rusdi & Rako Prijanto
Desain
sampul : Marcel A.W.
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit
: 2016
ISBN : 978 –
602 – 03 – 2645 – 0
Tebal : 192
hlm.
Blurb :
Apa lagi yang kurang dalam hidup Cinta? Ia
punya keluarga yang bahagia, popularitas di sekolah, banyak pengagum, dan yang
paling penting, ia punya sahabat-sahabatnya. Alya, Maura, Milly, dan Karmen
membuat hari-harinya selalu berwarna. Mereka adalah pusat dunia Cinta.
Sampai suatu hari, ia berkenalan dengan
Rangga, cowok jutek dan penyendiri yang lebih suka berteman dengan buku
daripada manusia. Ternyata mereka sama-sama menyukai puisi, minat yang tak bisa
Cinta bagi dengan keempat sahabatnya. Dan perlahan hal itu membawa perubahan
pada dirinya, membuat orang di sekitarnya bertanya-tanya, ada apa dengan Cinta?
Ketika Cinta sendiri pun ikut mempertanyakan
dirinya dan persahabatannya menjadi taruhan, apa yang sebaiknya ia lakukan?
---
Sekali ini
aku lihat karya surga
Dari mata
seorang hawa
Percaya ...
Tak tahu ...
Ada apa
dengan Cinta?
Dan ...
Aku akan
kembali dalam satu purnama untuk mempertanyakan kembali cintanya ...
Bukan
untuknya, bukan untuk siapa
Tapi
untukku, karena aku ingin kamu
Itu saja
Sewaktu film AADC booming 14 tahun lalu, aku
baru berusia 8 tahun. Jadi waktu itu aku belum dibolehin nonton film ini,
secara anak SD masa mau lihat kakak-kakak SMA cinta-cintaan? :D
Tapiii .. ngehitsnya film ini ya sampe juga
ke sekolah loh. Namanya anak-anak yang hobinya niru, mulai deh ngegenk ala
Cinta, Alya, Maura, Karmen dan Milly. Juga, mendadak jadi pengen punya rambut
panjang lurus berbando ala Cinta. Positifnya sih, jadi semangat baca buku dan
bermading ria yes *Itu si kakak Rangga keren banget pas baca buku di perpus
*uhuk
Saat dikasih kesempatan buat ngehost novel
AADC ini rasanya excited banget. Aku yakin ada keseruan versi berbeda yang
ditawarkan penulis lewat novel ini jika dibandingkan dengan filmnya dahulu.
Btw, 4 jempol dulu deh buat mba Silvarani. Karena aku yakin buat bikin novel
adaptasi dari sebuah film yang ngehits banget 14 tahun lalu ini, pastinya ga gampang.
Pertama, mau ga mau, mostly orang bakal ngebandingin antara film dan novelnya. Kira-kira lebih kece yang mana?
Kedua, penulis harus bisa bikin novel AADC
ini jadi kekinian sekaligus tetap berada dalam koridor 14 tahun lalu. Enak
dibaca sama anak-anak muda zaman sekarang. Juga tetap asyik dijadikan bacaan untuk
bernostalgia bagi yang udah tau alur cerita AADC.
Dan menurutku ..
Ternyata nggak butuh waktu lama buat melahap
tuntas novel AADC ini, sekali duduk doang. Mba Silvarani dengan lihainya menuangkan
apa yang ada di film dalam rangkaian kata-kata yang sama sekali ga membosankan.
Relevan dengan keadaan kekinian, sekaligus sukses bikin bernostalgia.
Aku suka bagaimana cara mba Silvarani
menggambarkan sosok Cinta. Cewek ini
memang ga sempurna, tapi dia emang layak jadi idola. Dia ga sekedar
cantik, supel, populer tetapi juga baik hati dan ga matre. Hah, ga matre? Iya,
kamu bakal ngeh saat lihat interaksi
Cinta sama si Borne, cowok populer di sekolah. Salut deh sama Cinta. Eh tapi,
kadang sifat jelek Cinta keluar juga loh. See,
dia ga terima tuh dikalahin gitu aja sama Rangga, dia juga malah curhat balik pas
sahabatnya lagi butuh dia. Sisi positif dan negatif Cinta yang diceritakan mba
Silvarani, mampu bikin aku kagum sekaligus kadang prihatin sama si Cinta.
Untuk penggambaran Rangga?
Pas banget! Juteknya kena, smart dan gantengnya
dapet. Aku terkekeh-kekeh sampe kadang sebel sendiri lihat interaksi Rangga
sama Cinta. Familiar sama kalimat ini gak?
(SALAH GUE? SALAH TEMEN-TEMEN GUE?)
Kalimat di atas jadi viral kan? *hayo siapa
yg pernah ngejadiin kalimat ini sebagai kalimat hits di sekolah? wkwk
Ga cuma tokoh utama doang yang dideskripsikan
dengan apik oleh mba Silvarani, melainkan juga temen-temen Cinta, ayahnya
Rangga, Borne, sampe si Mamet yang sukses bikin ending cerita jadi semarak.
Ehem, jadi kan aku nangis tuh pas menjelang ending. Ngerti sih perasaan Cinta, karena
aku juga pernah di posisi kayak gitu (LOH, MALAH CURHAT? LOL), akhirnya jadi
ketawa ngakak gara-gara si Mamet. Ada-ada aja.
Adegan favorit?
Pas Rangga ngedate sama Cinta, yang ke toko
buku Kwitang itu loh. Eh tapi malah berantem. Terus ada adegan ini :
“Kau lihat,
Rangga.” Limbong menunjuk Cinta. “Kalau sampai dia menengok kemari, berarti dia
ngarepin kau mengejar.” (AADC. Hlm : 91)
Kelakuan cewek banget kan ya? Ngambek buat
minta dibujuk. Baik di film maupun di novel, adegan ini sama-sama kocak. Haha.
Aniwei, penggambaran cerita persahabatan
Cinta and the genk juga ga kalah kece. Karakternya baragam, permasalahan mereka
juga rupa-rupa, tapi bisa menjalin persahabatan dengan manis. Wajar kalo Cinta kalang
kabut ga pengen kehilangan sahabat-sahabatnya. Di sisi lain, kadar pengertian
dan perhatian sahabat-sahabat cinta patuh diacungi jempol : nggak suka
menghakimi dan turut bahagia kalo temen mereka bahagia.
Oh ya, satu hal yang pentiiiing banget buat
ditiru dari persahabatan mereka ini : Gak pernah mempermasalahin siapa yang paling
jago. Ga ada
yang iri sama cantik dan populernya Cinta, padahal si Maura juga cantik (cantik-cantik
nyablak hehe). Atau, ga ada tuh yang mempermasalahkan Milly yang kadang lemot
atau Alya yang kadang pendiamnya kumat. Ataaauu iri sama popularitas Karmen
sebagai kapten basket tim putri. Mereka bener-bener saling dukung.
Overall, AADC versi novel ini pas banget buat
dinikmati di masa kini maupun untuk bernostalgia. Tentunya dengan rasa berbeda.
Iya lah beda. Mana bisa kita ngebandingin novel sama film? Masing-masing punya
keseruannya sendiri. Tapi satu yang pasti, novel ini memenuhi ekspektasi aku
banget. Ceritanya PECAAAH! Berharap banget kalo mba Silvarani akan nulis AADC 2.
:D
Dan terakhir, buat cewek-cewek yang lagi
patah hati karena diPHP-in, digantungin, dan hal-hal ga jelas lainnya, jangan
baper plis. Cewek secantik dan sepopuler Cinta aja bahkan harus nungguin 14
purnama. :p
GIVEAWAY
TIME!
Ketimpukers mau ikutan bernostalgia bareng
Cinta dan Rangga? Bisaa banget! Mba
Silvarani & penerbit GPU punya 1 eks Ada Apa dengan Cinta? (AADC?) untuk 1
pemenang loh.
Caranya gimana?
Gampaaang!
1. Follow twitter mba @silvarani.
2. Share info giveaway ini di twitter beserta
cover Ada apa Dengan Cinta ? (AADC?). Jangan lupa kasih hestek #AdaApadenganCinta?
& #AADC. Mention @inokari_ & @silvarani.
3. Jawab
pertanyaan di bawah ini di kolom komentar, jangan lupa cantumkan nama, akun
twitter, link share info giveaway dan jawaban
Ketimpukers lebih suka menikmati sebuah cerita lewat film atau lewat novel? Kenapa?
Btw, giveaway Ada Apa dengan Cinta? (AADC?) di Ketimpuk
Buku ini berlangsung sejak blogpost ini tayang hingga 6 Mei 2016, pukul 24.00 WIB. Pemenang dipilih berdasarkan jawaban
ya. Makin seru, makin kreatif, makin bikin baper (eh?) maka kesempatan
memenangkan 1 eks Ada Apa dengan Cinta? (AADC?) makin besar.
Pengumuman pemenang paling lambat 2 hari setelah
giveaway berakhir yuuu..
Good Luck!
Update
Pemenang
Selamat untuk @dairezuki
Note :
Pemenang akan dihubungi via twitter.
Terimakasih untuk partisipasinya. Sampai
jumpa di blogtour selanjutnya ya Ketimpukers. :D
Nama: Gilang Maulani
BalasHapusTwitter : @gemaulani
Link share : https://twitter.com/gemaulani/status/726911007633735680
Jawaban : Aku lebih suka menikmati sebuah cerita lewat novel. Alasannya : Bisa dinikmati kapan saja dan di mana saja, novel kan bisa dibawa ke mana-mana, mau baca di toko buku, rumah, sekolah/tempat kerja, tempat umum dan angkutan umum. Selain itu, rata-rata penulis mendeskripsikan tokohnya dengan baik dan detail. Ada kelebihan dan kekurangan tokohnya. Sehingga membuat aku bisa membayangkan seperti apa si A, B dan C. Deskripsi tempat kejadian pun semakin membuat aku terhanyut,masuk ke dalam setiap adegan dalam novel tersebut. Aku bisa membayangkan gimana rasanya jadi si A yang berada di tempat B. Biasanya biar aku ikut terseret masuk ke dalam cerita alias meresapi setiap adegan, aku baca di tempat dalam kamar malem-malem dan memilih lagu-lagu yang sesuai dengan genre novelnya, biar kayak soundtrack. Kalau nonton film di bioskop biasanya ada aja penonton yang sedikit merusak suasana (ada yang ngobrol dan cekikikan padahal adegannya lagi sedih). Dibandingkan film, secara keseluruhan novel lebih detail. Setiap adegan memiliki porsi yang pas, tidak terkesan tergesa-gesa. Jadi emosi serasa diaduk-aduk. Ketawa ya ketawa, nangis ya nangis. Biasanya aku agak kecewa kalau film di adaptasi dari novel. Banyak adegan seru yang kepotong. Baca novel juga bisa dituntaskan dalam sekali duduk atau dilanjutin besoknya tanpa terasa aneh (sisa bacaan kemarin masih nempel) kalau film? Di bioskop mana bisa di pause, di dvd atau laptop? Biasanya kerasa aneh kalau gak ditonton dari awal. Pokoknya aku lebih suka menikmati cerita dari setiap lembar halaman novel dibandingkan adegan-adegan dalam film.
Nama: Diah P
BalasHapusTwitter: @She_Spica
Link share: https://twitter.com/She_Spica/status/726909700000780288
Jelas aku lebih suka baca novel, karena aku termasuk penikmat sastra melalui kata2.
Selain novel AADC ini, kbnyakan film diadaptasi dari novelnya kan, nah hasil eksekusinya itu suka kurang memuaskan. Banyak adegan di potong, bagian2 seru yg ga di ambil, dan ga greget kaya novelnya.
Melaui novel, aku sering tergelitik dan berdesir2 mmbaca kata2 nyastra si penulis. Sering juga hati di bikin WAH dan NYES membaca kata2 sederhana tapi penuh mkna banget.
Nah salah satu alasan pingin bingit baca novel AADC ya itu, krna biasanya novel dlu yg dibuat baru flm, ini flm dlu baru novelnya. Penasaran bingit pingin tau eksekusi AADC ketika dituangkan dalam bentuk cerita.
Terima kasih.
Nama : Daivara Rezuki Wijaya
BalasHapusTwitter : @dairezuki
Link Share : https://twitter.com/dairezuki/status/726945301345374208
Ketimpukers lebih suka menikmati sebuah cerita lewat film atau lewat novel? Kenapa?
Sebenarnya suka keduanya sih, tapi lebih suka membaca novelnya! Karena, ketika aku membaca novel, aku bisa membayangkan sang pemeran utama adalah aku dan my beloved crush /ketahuan banget suka ngayal/ sedangkan menonton film menyulitkanku untuk mengkhayal yang tidak-tidak(?) soalnya kan pemerannya sudah di ketahui wajahnya--" Selain itu, kalau baca novel, akan memudahkanku untuk mengeluarkan perasaanku, menangis, tertawa seperti kuntilanak, senyum-senyum gaje, loncat-loncat seperti atlet, teriak ga jelas dan lain-lain tanpa merasakan malu /sebenarnya di depan umum juga enggak malu/ tapi membaca novel kan bisa di tempat sempit dan sepi seperti wc. Jadi, tidak akan ada yang tau kelakuan 'waras' ku ketika aku sedang membaca novel. Mau sampai menangis deras dan umbel beleberan juga tidak ada yang tahu. Daya kreatifitas dari mengkhayalku pun akan meningkat hingga langit ketujuh. Sedangkan film kadang mengecewakan, mulai dari beberapa adegan yang di potong-potong, bahkan di tambah-tambahkan, misalkan di tambah garam gitu. Terus terkadang ada kesalahan dalam pemilihan peran yang karakternya tidak sesuai untuk dirinya. Misalkan pas novel kesukaanku di adaptasi menjadi sebuah film, awalnya agak antusias, tapi mengetahui pemerannya yang menurutku tidak cocok, akhirnya aku tidak ingin menontonnya. Ternyata, bukan hanya aku yang kecewa, namun para pembaca sejuta umatnya pun kecewa:') Terus kalau nonton film kan biasanya ramean, entah di kelas, kamar ataupun bioskop. Nah kalau udah rame kan susah buat meler, susah buat baper, susaj untuk meluapkan perasaan seperti ketika membaca novel dan malu untuk menangis karena gengsi dong! Masa wanita strong dan cantik nangis sih? Takut juga di kira habis di putusin ataupun cinta bertepuk sebelah tangan:3 Intinya, dengan membaca aku lebih leluasa untuk mengkhayal, mengembangkan daya kreatifitasku dan aku bisa baper-baperan tanpa di ketahui orang lain:3 Bisa menangis tanpa di ejek orang lain dengan kata 'cengeng'.
Sekian, terima kasih:) berjodohlah denganku Ada Apa Dengan (Daiva) Cinta--"
Aku lebih suka menikmati cerita lewat film sebab kita bisa tahu muka tokoh-tokoh yang diperankan secara langsung tanpa "sedikit" mengkhayal terlebih dulu. Selain itu, sebuah film memiliki beberapa dimensi dan view daripada sebuah novel.
BalasHapusNamun, ya namun, ada tak sedikit novel yang mempunyai view yang lebih banyak yang tidak dimiliki sebuah film. Bahkan ketika ada novel yang diangkat menjadi film, aku justru lebih suka versi novel sebab ada bagian yang hilang, atau itu tadi, view dan detil cerita yang tidak ada. Dan, cerita dalam novel lebih banyak membutuhkan imaji daripada film. Begitu :)
Nama: M Firdaus Rahmatullah
Twitter: @mufirra_
#AdaApaDenganCinta? #AADC
http://www.ketimpukbuku.com/2016/05/review-ada-apa-dengan-cinta-aadc.html?m=1
Nama : Ratnani Latifah
BalasHapusTwiter : @ratnaShinju2chi
Link Share : https://twitter.com/ratnaShinju2chi/status/726986314504003585
Ketimpukers lebih suka menikmati sebuah cerita lewat film atau lewat novel? Kenapa?
Aku lebih suka menikmati cerita lewat Novel. Karena dari novel aku bisa bebas berimajinasi tanpa batas. Berbeda dengan film di mana, imajiansiku akan dibatasi dengan visual yang sudah ada. Belum lagi kadang pada film, beberapa adegan tidak bisa diikutkan semua sehingga terasa melompat dari satu bagian ke bagian lagi. Jadi terasa tindak runtut.
Dan kelebihan lain membaca novel, aku bisa membaca berkali-kali di mana pun dan kapan pun aku inginkan. ^_^
Naning Pratiwi
BalasHapus@ning_nong27
https://twitter.com/ning_nong27/status/727006347565223936
Ketimpukers lebih suka menikmati sebuah cerita lewat film atau lewat novel? Kenapa?
Lewat novel. Kayaknya kalau lewat novel emosi yang disampaikan lebih mengena deh. Dan terkadang kan film sama novelnya agak beda. Lebih puas di novel.
Meskipun endingnya nggak sesuai harapan. Wkekekkee :D :D
Arie Pradianita | @APradianita
BalasHapushttps://twitter.com/APradianita/status/727047528982568960
Hai hai semua :)
Kalo saya sih, lebih cenderung ke baca buku. Buku di sini buku cerita ya a.k.a novel :D
Saya ngerasa lebih 'dapet' aja kalo baca novel. Detail, dan imajinasi tentang tokoh dan penggambaran di dalam novel itu cenderung lebih bebas. Artinya, kalo baca novel, saya bisa membayangkan versi saya berkaitan dengan karakter-karakter, tempat-tempat, situasi-situasi..
Kalo film kan kita udah digiring dengan penampakan visual yang ada. Trus suka kecewa juga, liat film yang ceritanya diangkat dari novel yang keren, seringkali nggak memenuhi ekspesktasi. Mungkin itu salah satunya letak kesulitan di film ya.. memvisualisasikan. Bercerita melalui scene-scene yang terbatas sama durasi.
Jadi kalo ada film yang bisa menggambarkan dan menyampaikan dengan baik detail-detail cerita yang diangkat dari novel, salut deh.. :D
Gimana dengan temen-temen di sini? lebih suka novel atau film? :)
nama: Fenni Wardhiati
BalasHapusakun twitter: @fennibungsu
link share info giveaway: https://mobile.twitter.com/FenniBungsu/status/727082899606933508?p=v
Jawaban: Saya suka baca buku/novelnya.
Karena, Kalu baca bukunya bisa menentukan sendiri sampai mana pikiran saya berlayar. Kalu nonton filmnya, ya mentok ama tampilan layar lebar itu.
Contoh, misalnya di dalam novel ada kalimat, "dan angin berhembus ke wajah fenni."
Nah, pas baca itu..., saya sedang membayangkan seperti apa anginnya.., mungkin besar atau kecil, apakah beneran langsung ke si tokoh fenni atau lewat mana dulu baru ke tokohnya.
Coba kalu lewat film, sudah ketahuan anginnya seperti apa dan kesiapa.
Contoh lain lagi, di dalam novel tertulis kalimat, "Fenni akhirnya jadian dengan laki-laki nan tampan itu."
Di sini, saya akan berekspresi dengan seseorang yang tampan menurut versi saya.
Coba kalau nonton film, tampannya laki-laki yang diperankan oleh si aktor, belum tentu sesuai dengan versi saya.
Terima kasih...^_^
Nama : Tri
BalasHapusTwitter : @tewtri
Link Share : https://mobile.twitter.com/tewtri/status/727109231074119681
Umumnya sih orang yang suka novel bakalan cinta film juga begitu pun sebaliknya kayak saya ini contohnya. Disuruh milih salah satu sebenarnya susah. Ibarat sedang terlibat dalam cinta segitiga, ada dua orang yang sama-sama menarik tapi nggak boleh sama-sama dimiliki. Duh, kok malah ikutan baper. Intinya 50,5% saya memilih novel. Kenapa? Dalam sehari saya bisa tahan untuk tidak nonton entah itu karena emang mati lampu, nggak punya DVD baru, atau pun sebab nggak gablek kuota buat streaming. Saya sanggup dan akan nyaman-nyaman saja. Tapi, tidak membaca dalam tempo sehari saja, tiba-tiba saya pasti bakal merasa kosong. Ada yang nggak lengkap. Ini bukan lebay sih, tapi yah buat mengisi kekosongan rasa maupun pikiran saya memang wajib membaca. Membaca buku atau novel sudah masuk jadwal rutin macam makan dalam kehidupan saya.
Nama:Arien Prakasari
BalasHapusTwitter:@Arrinn_Kka
LinkShare: https://twitter.com/Arrinn_Kka/status/727123997461123073
Walaupun ini GA buku tapi tetep aku suka menikmati cerita lewat sebuah film :). Kenapa? Karena di film sudah diciptakan tokoh" yang beneran cocok dengan karakter yang dibangun di cerita sehingga kita gak perlu bingung berandai" seperti apa tokoh dalam cerita, dan yang pasti dalam film pasti ada yang namanya soundtrack dan itu yang buat cerita lebih ngena di hati, apalagi kalo soundtracknya itu kita banget pasti suka baper sendiri. Tapi tak ada salahnya juga coba menikmati cerita lewat buku pasti juga menyenangkan :)
Nama : Siti Maisyaroh
BalasHapusTwitter : @siti_maisyaroh
Link Share : https://twitter.com/Siti_Maisyaroh/status/727163583805583360
Ketimpukers lebih suka menikmati sebuah cerita lewat film atau lewat novel? Kenapa?
Yang pasti novel dong!! Aku tuh tiap baca Novel bisa kelewat baper. Suka ngayal jadi pemeran utama, yang tiba-tiba ngerasa di sakitin sampe keluar air mata, ketawa sendiri kayak orang gila, salting sendiri mirip orang jatuh cinta sampe marah-marah gak jelas dan yang paling parah temen bisa sampe nanya "kamu kenapa? baca kok kayak orang gila gitu? ". Sebenernya sih agak malu.. tapi ya, emang udah kebiasaan. Jadi tiap tahu kalau novel favorit aku tiba-tiba mau di film in, suka seneng banget. Pas nonton filmnya.. gubraaak jauh dari bayangan... apalagi kalau ceritanya ditambah makin gak jelas arahnya ataupun di kurangin, suka sedih, pengen nangis sambil nanya dalam hati "Kok film nya gini ya?" Yang jelas perasaan itu gak bisa di ekspresikan lewat film yang aku tonton... alhasil, penonton kecewa.
Jadi lewat film aku bisa ngerasain penggambaran karakter, emosi, tempat, tema, amanat dengan lebih jelas.
Note:
Berdasarkan pengalaman pribadi
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama: Anggi Santri Utami
BalasHapusAkun Twitter: @asntrutm
Link Share: https://mobile.twitter.com/asntrutm/status/727299686546075648?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C9833254326
Jawaban:
Ketimpukers lebih suka menikmati sebuah cerita lewat film atau lewat novel? Kenapa?
Aku pribadi bisa dan suka menikmati dua duanya. Bisa menikmati tarian kata-kata dari penulis, bisa juga menikmati riuhnya hasil permainan sutradara. Keduanya sama sama hebat, hebat bisa menghasilkan sebuah karya yang patut di apresiasi kan. Dan salah satu cara mengapresiasikan karya adalah menikmati dan menghargai. Lewat novel aku bisa memakai imajinasiku, membayangkan bagaimanabentuk dari hal-hal yang dijelaskan penulis, sama saja dengan film, selama film berlangsung akal ku tidak berhenti berfikir "bagaimana ending nya?" Film dan novel sama saja, sama-sama punya sisi yang bisa dan enak untuk dinikmati, tergantung bagaimana keadaan, kondisi, dan mood orangnya saja.
with love, anggi.
Nama : Humaira
BalasHapusAkun Twitter : @RaaChoco
Link Share : https://mobile.twitter.com/RaaChoco/status/727324016176844800?p=v
Ketimpukers lebih suka menikmati sebuah cerita lewat film atau lewat novel? Kenapa?
Dua-duanya punya kelebihan masing-masing. Dalam novel ada campur tangan pikiran dalam berimajinasi untuk menghasilkan suatu proyeksi dari hal yang kita baca. Bisa lebih merasakan konflik yang terjadi dan memosisikan diri sendiri sebagai si tokoh utama, entah itu wanita atau si pria, sesuai si pembaca.
Sedangkan dalam film, mungkin cerita bisa terasa lebih hidup dan melihat langsung suguhan hasil dari sebuah buku.
Tapi, aku lebih menyukai membaca langsung dari sebuah novel. Melatih imajinasi, lebih mudah diingat, bisa menjadi sutradara, produser dan artis sekaligus, juga bisa mengulang bacaan kapan pun aku mau.
Sedangkan dalam film, aku harus benar-benar menyimak semua yang terjadi dan jangan sampai ada yang terlewat. Dan saat tertinggal satu bagian, ceritanya tidak akan sempurna. Jika saat membaca novel ada yang tertinggal, aku bisa mengulang lagi bagian tersebut, atau mengulang lagi bagian yang kurang dimengerti.
Nama: Fitriscia Jacilia
BalasHapusTwitter: @jacilpo
Link Share: https://twitter.com/jacilpo/status/727355258549071875
Aku lebih suka menikmati cerita dengan membaca bukunya, karena kalo baca novel itu imajinasi kita ikut bermain. Bisa ngebayangin sesuka hati gimana sosok si tokoh menurut imajinasi kita. Malah dengan begitu makin semangat buat bacanya. Bisa membayangkan juga gimana setiap kondisi yang digambarkan di buku. Tapi kalo nonton kan tokoh2 nya udah ada, setiap kondisi udah digambarkan dengan jelas. Kalau sesuai harapan, tentu kita senang. Kalo setiap tokoh dan kondisi digambarkan dengan baik dan sesuai harapan tentu kita pasti senang dan semangat lanjutin, tapi kalau gak sesuai ekspetasi jadinya akan kecewa dan justru bikin males lanjutin nontonnya. Jadi, aku lebih suka baca karena bisa berimajinasi semaksimal mungkin tentang buku tersebut.
nama: Aulia
BalasHapustwitter: @nunaalia
link share: https://twitter.com/nunaalia/status/727367969861324800
Ketimpukers lebih suka menikmati sebuah cerita lewat film atau lewat novel? Kenapa?
Aku lebih suka menikmati cerita lewat novel karena novel lebih detail mengulas cerita, sedangkan film durasinya terbatas dan kadang ketika aku sudah lebih dulu membaca novelnya jadi kecewa begitu nonton filmnya karena tidak sedetail dalam novel. Membaca novel juga membuat kita seakan masuk ke dalam tokoh yg ada di dalamnya sesuai dengan imajinasi kita, sementara penggambaran tokoh di film kadang tidak sesuai dgn khayalan kita.
Nama : Miftahur Rizqi
BalasHapusTwitter : @MR_Laros
Link Share :
https://twitter.com/MR_Laros/status/727370945468354560
kalo saya sih, lebih cenderung menikmati cerita lewat novel. saya ngerasa lebih 'dapet' aja kalo baca novel. detail, dan imajinasi tentang tokoh dan penggambaran di dalam novel itu cenderung lebih bebas. artinya, kalo baca novel, saya bisa membayangkan versi saya berkaitan dengan karakter-karakter, tempat-tempat, situasi-situasi.
kalo film kan kita udah digiring dengan penampakan visual yang ada. terus suka kecewa juga, liat film yang ceritanya diangkat dari novel yang keren, seringkali nggak memenuhi ekspesktasi. mungkin itu salah satunya letak kesulitan di film ya... memvisualisasikan. bercerita melalui scene-scene yang terbatas sama durasi.
Lebih menikmati versi filmlaaah.
BalasHapusSecara itu visual. Kita bisa langsung liat ekspresi para tokoh-tokohnya dan tempat-tempat yang jadi setting filmnya tanpa harus susah payah membayangkan. Itu salah satu keunggulan menikmati sebuah karya versi bukunya!
Nama: Dian Maya
Domisili: Makassar
Twitter: @dianbookshelf
Link share: https://twitter.com/dianbookshelf/status/727388956472446976
nama: Famia kamilia
BalasHapusakun twitter: @amifamia
link share: https://twitter.com/amifamia/status/727393855323017218
jawaban:
hmmm... kalo aku sih lebih suka menikmati sebuah cerita melalui novel, karena aku bisa membayangkan pemerannya itu lewat imajinasiku sendiri, dan juga kalau novel, jika novel itu bisa membuat kita merasa apa yang dirasakan oleh pemeran yang ada di novel tersebut (baper), berarti novel tersebut memang bagus dan penulisnya memang hebat, tapi bukan berarti yang lainnya tidak bagus.
Gita Nurladikasari | @oneonlygzb |https://twitter.com/oneonlygzb/status/727464574199336960
BalasHapusJawaban : Novel, menurutku di novel itu jauh lebih rinci daripada film. Pasti ada yang gak lengkap atau di potong-potong. Karakter tokoh di dalam novelnya itu juga bayangan kita sendiri jadi semua feel-nya dapat banget di banding Film. Kita yang buat film itu sendiri di dalam kepala kita jadi lebih menarik, lebih seru dan pastinya bisa di baca ulang kapan saja dan dimana saja.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama: Fitriani Dewi
BalasHapusTwitter: @fitrianidewi914
http://www.ketimpukbuku.com/2016/05/review-ada-apa-dengan-cinta-aadc.html?m=1
Jawaban: Jawaban: Lebih suka menikmati cerita lewat novel. Kenapa? Karna bagiku menikmati cerita lewat novel itu jauh lebih seru, menyenangkan. Saat kau membaca sebuah novel atau buku, kau akan tau betapa menyenangkannya ketika kau menikmati alur cerita dalam sebuah novel. Walaupun karakter dan segala element dalam novel tidak tergambarkan secara visual. Tapi bagiku disitulah sebuah tantangan untuk menikmati cerita, imajinasimu dituntut untuk bekerja, menikmati cerita lewat novel pun selalu punya energi positif, berimajinasi dengan berbagai karakter dan suasana yg tersaji dalam novel. Berbeda dengan ketika kau menikmati cerita lewat film, mungkin itu sama menyenangkannya ketika kau menikmati cerita lewat novel, karna lewat film semua hal tergambarkan secara jelas. Tapi bedakan dengan efek yang ditimbulkan dari masing2nya. Karna kau akan lebih menghargai sebuah cerita ketika kau menikmati cerita dengan membaca.
Nama : M. Sulhan Habibi
BalasHapusTwitter : @SulhanHabibi
Link share : https://twitter.com/SulhanHabibi/status/727472383401947136
Ketimpukers lebih suka menikmati sebuah cerita lewat film atau lewat novel? Kenapa?
Suka dua-duanya, baik film maupun novel. Jika disuruh memilih mana yang lebih aku sukai, aku gak bisa milih karena aku suka keduanya.
Film dan novel adalah dua media yang berbeda. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Dulu, aku sering membandingkan sebuah film adaptasi dari novel dengan buku sumber aslinya. Hasilnya tentu saja bisa ditebak bahwa aku lebih sering merasa kecewa akan hasil adaptasi filmnya.
Kasus yang paling aku ingat adalah Harry Potter.
Sewaktu menonton film Harry Potter dulu, tidak ada satupun film Harry Potter yang membuatku puas. Hal itu tentu saja karena bukunya sangat amat melekat di ingatanku. Tidak sesuai dengan yang aku bayangkan. Namun, setelah melepaskan bayang-bayang novelnya dan karena aku juga tidak terlalu ingat dengan keseluruhan detail cerita di novel Harry Potter, aku pun menonton ulang keseluruhan film Harry Potter dari film pertama sampai dengan film ketujuh (yang terakhir film kedelapan). Apa yang aku dapatkan? Kepuasan tentu saja. Filmnya ternyata bagus. Diadaptasi dan divisualisasikan dengan baik. Sebagai sebuah film, filmnya pun bagus, bisa dimengerti dan aku menikmatinya tanpa harus ada rasa kecewa dan membanding-bandingkan lagi dengan novelnya.
Heii.. itu media yang berbeda.
Sekali lagi aku tekankan itu adalah media yang berbeda. Lagipula, kalau adaptasi sebuah film sama persis dengan bukunya buat apa kita menonton film tersebut? (Kadang ada yang berpendapat seperti itu)
Memang, melalui tulisan dalam sebuah buku kita bisa bebas berimajinasi, membayangkan tempat, tokoh, dan segala adegan di dalamnya. Semua hal bisa dijelaskan lebih terperinci. Setiap orang bahkan memiliki interpretasi dan bayangan sendiri akan sebuah cerita.
Melalui film, kita bisa melihat adegan, setting tempat, rupa para tokoh yang didukung oleh suara dan ekspresi mereka. Kadang juga kita merasakan sensasi mimpi terasa nyata.
Lalu, apakah novel yang lebih terperinci selalu lebih bagus dibandingkan hasil film adaptasinya?
Jawabanku adalah TIDAK SELALU.
Dalam banyak kasus film adaptasi, novel asli memang jauh lebih komplit dan lebih berkesan dibandingkan filmnya yang memang bagus juga. Contoh : Harry Potter, LoTR, Gone Girl, bahkan Twilight, Enders Game, dan banyak film lainnya.
Namun, ada beberapa kasus justru filmnya lebih meninggalkan kesan dan dieksekusi lebih bagus (menurutku) dibandingkan novelnya.
Contoh yang paling baru adalah THE MARTIAN, kebetulan aku lebih dahulu menonton filmnya dibandingkan membaca novelnya. Novelnya bagus, keren, namun untuk urusan ending aku lebih memilih versi film yang lebih detail dan dengan sedikit perubahan adegan. Setelah membaca novelnya, aku berkata, ah aku lebih menyukai ending dan eksekusi yang di filmnya.
Kasus yang sama terjadi juga dalam film GHOST WRITER. Aku lebih mengerti ending di film dibandingkan di novelnya.
Waaah, panjang ya.
Intinya adalah, aku suka keduanya baik FILM ataupun NOVEL.
Aku gak bisa milih karena aku suka keduanya.
Setelah menonton film aku berburu novelnya untuk kubaca.
Dari novel yang aku baca, begitu terdengar kabar film adaptasi mau dibuat aku begitu bersemangat ingin menontonnya.
So, aku adalah pecinta BUKU dan FILM :)
**
Maaf, kepanjangan. Terima kasih atas kesempatan GA-nya
Nama: Aina Rihhadatul
BalasHapusAkun Twitter: @Sy_Ainaa
Link:https://twitter.com/Sy_Ainaa/status/727502088020746243
Ketimpukers lebih suka menikmati sebuah cerita lewat film atau lewat novel? Kenapa?
Novel. Kenapa? Soalnya kalo lewat novel itu kan ceritanya lengkap, detail, berbentuk buku enak dibawa kemana-mana bisa dibaca dimana aja. Kalau film, apalagi kalau filmnya adaptasi dari novel itu biasanya ngga selengkap di novel, ada scene yang dipotong pasti. Ngga suka lewat film juga karena kalo nonton film kan pastinya di layar, entah itu pakai laptop, hp, atau tv, nah sinarnya itu bikin pusing, kelamaan didepan laptop/hp juga ga baik buat kesehatan mata. Jadi aku lebih suka cerita lewat novel, harum-harum buku entah kenapa enak banget. Jadi ya gitu aja sih. Wish me luck. Terimakasih.
Nama : Pida Alandrian
BalasHapusTwitter : @PidaAlandrian92
Link Share : https://twitter.com/PidaAlandrian92/status/727510530106101760
Kalau aku lebih suka lewat novel.
Karena kalau dr novel aku bs langsung ngerasain perasaan dan karakter dari tokohnya. Cerita aslinya lebih terasa dari novel, karna dr novel juga aku bs mengenal karakter/ciri khas penulisan dr penulisnya sendiri.
Kalau dri film kdg2 artisnya yg memperani tokoh novelnya kurang mengena dgn tokoh asli. Kdg2 juga dr pemilihan artis yg tdk sesuai dgn karakter novelnya. Atau settingnya yg tidak cocok dpt merusak image dr novelnya itu sendiri. Kdg2 di film feel-nya nggak dapat.
Makanya aku lebih suka cerita lewat novel dr pada film. Walaupun aku menyukai keduanya membaca dan menonton film. Tp kalau di suruh milih aku milih novel.
Sekian.
Salam Pida Alandrian
Nama : Titim Nuraini
BalasHapusTwitter : @titim_nuraini
Link share : https://twitter.com/titim_nuraini/status/727469686795829248
Aku lebih suka menikmati cerita lewat novel karena tenggelam lautan kata-kata membuat sebuah cerita lebih meresap ke dalam hati dan pikiran
nama : Dhita Ayu Pramesti
BalasHapustwitter : @dditayp
link share : https://twitter.com/dditayp/status/727617804170498048
Lebih suka menikmati sebuah cerita lewat film atau lewat novel? Kenapa?
Relatif ya mba. Tapi secara umum saya lebih suka menikmati cerita lewat kata-kata. Narasi yang digambarkan oleh penulis sering buat saya waktu baca berasa ada di dalam kisah yang saya baca. Seolah saya ada di sana untuk menjadi manusia yang tak kasat mata yang sedang melakukan ekspedisi waktu dengan merasuk ke kehidupan manusia lain atau di sana saya turut menjadi tokoh. Emang sih, lebih sering saya membayangkan jika maincast perempuannya adalah saya, apalagi jika masalah yang dihadapi si tokoh dan karakternya mirip dengan saya, beuh baper berminggu minggu dah.Selain itu, narasi yang digambarkan penulis pun serasa "sihir" bagi saya (tidak semua penulis bisa membuat narasi yang ajib bgt sih menurut saya, terkadang ada yg terlalu lebay, terkadang ada yg pas, dan terkadang ada yang kelewat "kering", dan kalo udah nemu penulis yang bagus banget dipembangunan narasinya, beuh berasa pengen duduk anteng atau sambil tiduran (ambil posisi terpewe) langsung deh lahap novelnya dan ketika baca novelnya udah selesai saya senyum senyum menerawang sambil tangan megang dada, oh aku jatuh cinta dengan....(tokoh prianya). *keciri banget ya suka baper sama tokoh dalam cerita, ya moga aja dapet jodohnya ngga jauh-jauh lah ya sama yg ada di bayangan* :((( dan untuk novel saya bebas membayangankan seperti apa tokoh-tokohnya, ngga di "penjara" sama tokoh yang udah ada(di film), di sini saya bener-bener ngerasa bebas bayangin jodoh saya eh tokoh utama prianya.
Seringnya, novel yang diadaptasi ke film, feelnya suka ada yang kurang, berasa ada ruang yang seharusnya diisi, tapi ngga ada yang ngisi. Dan lebih seringnya lagi, ada adegan yang menurut saya ngena banget di novelnya, eeee pas di filnya ngga ditampilin, kan kecewa. tapi, baik film maupun novel punya sisi masing masing, jadi semengecewakan apapun film yang diadaptasi dari novel yang tidak memenuhi ekspetasi selama tidak melenceng dari point-point utamanya dan tidak menyalahi/leor dari makna yang udah dikembangkan di novelnya. Pengalaman aja sih, untuk film yang diadaptasi dari novel itu rawan "gagal" kalo dipemilihan castnya jauhhhhhhhh dari ekspetasi pembaca. Berasa pengen teriak, "WOY DIA NGGA COCOK MERANIN DIA WOYYYYY.BUBAR KALIAN BUBAR JANGAN MERUSAK KESAN MANIS NOVELNYA!!!" oke kalem kalem. tapi banyak juga kok, film yang diadaptasi dari novel dan sukses buat penyampaian cerita dari sisi visualisasi.
Saran aja, lebih baik jangan baca novelnya dulu sebelum filmnya kalo novel tersebut bakal di filmin (mana gue tau, hhh). Film maupun novel punya sisi magisnya masing-masing, ngga bisa dibandingin secara mentah, dan balik lagi ke diri masing-masing; lebih memilih penjadi penikmat yang ketika cerita sudah habis dia akan berdiri dari bangku penonton seraya bergandengan tangan keluar dari bioskop dengan senyuman menerawang indahnya kesan akhir cerita yang baru saja ditontonnya atau sebagai penikmat yang terbangun dari duduknya dan meregangkan oto-otot kemudian terduduk lagi sambil memejamkan mata menikmati kesan akhir indahnya cerita yang dibacanya.
Nama: Husnul Aini
BalasHapusTwitter : @azadinda
Link share : https://twitter.com/azadinda/status/727669593372680192
Lebih suka baca novel. Karena otak bisa berimajinasi dengan liar. Cerita di dalam novel biasanya lebih detail, jadi bisa memahami alur cerita secara utuh. Novel juga lebih mobile, bisa diangkut kemana aja. Sendiri ataupun ramai bisa tetap dinikmati.
Nama : Hendi Setiyanto
BalasHapusTwitter : @hendisetiyanto
Link share : https://twitter.com/hendisetiyanto/status/727691718250782720
Lebih suka menikmati sebuah cerita lewat film atau lewat novel? Kenapa?
Sebelum menjawab pertanyaan tadi, saya akan bercerita mengenai pengalaman masa kecil saat menonton film di layar tancep.
Saya lahir dan besar di sebuah desa kecil yang berada di kabupaten Banjarnegara. Lokasinya berada di lereng-lereng perbukitan nan susah dijangkau saat itu. Tidak banyak hiburan yang bisa dijadikan pelepas lelah warganya. Jangankan toko buku, lha listrik saja saat itu masih belum sampai sini.
Tiap malam minggu dan minggu pagi, biasanya kami sekeluarga akan numpang menonton televisi ke rumah tetangga yang saat itu bisa dihitung dengan jari. Belum ada tv berwarna, masih hitam putih dan ukurannya mirip lemari. Ya lebih tepatnya tv antik dan lumayan mahal pada masanya.
Nah terus gimana dong dengan urusan sumber listriknya, kan belum ada listrik atau PLN masuk desa? Tenang..saat itu beberapa tetangga punya energi cadangan dalam bentuk aki yang lebih khusus lagi digunakan hanya untuk menyalakan tv atau pun radio. Jika daya aki sudah tinggal sedikit, biasanya ukuran layar tv akan berkurang, ya jadi tinggal separoh saja kami-kami bisa menikmati siaran tv saat itu.
Dengan digendong oleh bapak, selepas isya kami berangkat ke rumah dekat masjid yang jaraknya beberapa puluh meter dari rumah. Dengan berbekal senter, sarung, dan tidak lupa membeli panganan ringan berupa gorengan yang mangkal dekat masjid, kami sekeluarga sangat bahagia saat itu karena bisa menonton tv hingga tengah malam.
Yang lebih membuat kami antusias dan takut adalah saat tanggal 30 september tiap tahunnya, stasiun tvri menyiarkan film g30s pki. Saya masih ingat betul adegan demi adegan yang membuat bulu kuduk merinding. Penyiksaan dan juga suara tembakan cukup membuat takut saya saat kecil.
Bila minggu pagi tiba, anak-anak satu RT berkumpul sejak jam 6 pagi di rumah tetangga, bersiap-siap menyaksikan serial kartun baja hitam dan doraemon. Sebelumnya kami harus cuci kaki terlebih dahulu agar tidak mengotori lantai rumah tetangga kami itu.
Kalau ada even langka, entah setahun berapa kali. Saya dan bapak biasanya menonton film layar tancep yang digelar di lapangan desa. Film kolosal serta pendekar menjadi film fav. Saya dan bapak. Dengan membawa tikar kecil, kami menggelarnya di atas rumput lapangan malam-malam. Ah sebuah kenangan yang sangat indah bagi kami berdua.
Jadi untuk menjawab pertanyaan di atas, maka saya akan memilih menikmati sebuah cerita lewat film atau media audio-video. Selain murah meriah dan juga sangat berkesan, kami pun bisa berbagi cerita dengan sesama penonton mengenai jalannya sebuah lakon yang ditayangkan di film tadi. Dengan berbekal kacang rebus dan kehangatan hubungan ayah dan anak seakan menjadi sebuah memori manis sepanjang hidup saya hingga dewasa ini.
Salam…..
nama: Visca Apriliyanti
BalasHapusakun twitter: @Visca_Apr
link share: https://twitter.com/Visca_Apr/status/727756358158831616
Ketimpukers lebih suka menikmati sebuah cerita lewat film atau lewat novel? Kenapa?
kalo aku sih tergantung dari ceritanya kayak gimana. misalnya kayak novel Harry Potter atau The HUnger Games, aku lebih suka menikmatinya lewat film, jadi aku nggak perlu ngebayangin latar tempat ceritanya atau apa aja yang mereka lakuin. soalnya kalo baca novel mereka aku nggak tau mesti gimana ngebayanginnya, imajinasi aku nggak sampe setinggi itu :D
beda lagi kalo novel lokal, aku lebih suka baca daripada nonton filmnya. kenapa? karena ditempat tinggal aku nggak ada bioskop, iya nggak ada, ini juga baru-baru buka bioskop diluar daerah aku tapi yah jauh. jadi lebih baik aku baca buku aja, lagian aku juga bisa mengkhayal tokoh-tokoh yang ada dicerita tersebut sesuai dengan apa yang aku inginkan.
Heni Susanti | @hensus91
BalasHapusLink Share : https://twitter.com/hensus91/status/727795025040408576
Kalau aku lebih suka lewat novel. Alasannya karena, 1) Bisa lebih bebas membayangkan karakter dalam cerita sesuai imajinasi sendiri, kadang kalau ada novel yang difilmkan kecewa dengan pemerannya. Apalagi yang karakter aslinya jauh beda sama karakter yang akan dimainkan. Jadi ragu dulu apa dia mampu atau tidak. 2) Penggambaran/alur cerita lebih komplit kalau lewat novel karena tidak dibatasi durasi waktu. Novel yang difilmkan kadang menghilangkan beberapa adegan yang walaupun tidak penting tapi menjadi pemanis sebuah cerita. Atau ada yang adegan dalam film tidak sesuai dengan perasaan yang ditangkap dari membaca novel, bisa karena faktor pemain maupun setting tempat yang tidak sama seperti di novel. Jadi mengurangi kenikmatan karena tanpa sadar kita akan berpikir, “Di novelnya nggak gini deh.” 3) Novel bisa dibawa kemana-mana. Bisa dinikmati dimana saja. Kalau film harus cari tempat buat nonton. Tentu tidak menyenangkan menonton film di stasiun kereta kan? Kalau novel kan santai baca dimana dan kapan aja. 4) Menikmati cerita lewat novel bisa membuat soundtrack sesuai keinginan dan lebih banyak pilihan.
Demikian dan terima kasih. :)
Nama : Agatha Vonilia M.
BalasHapusAkun twitter : @Agatha_AVM
Link share : https://twitter.com/Agatha_AVM/status/727801639826923520
Aku lebih suka baca novelnya pake banget, ini kak alasannya :
1. Bisa dibawa ke mana aja, dibaca di mana aja dan kapanpun aja. Aku paling nggak suka banget disuruh nunggu mending baca buku dehh sambil membunuh waktu. Tapi kadang di tempat umum dikira orang gila kali ya soalnya kadang-kadang kan bikin ketawa dan sesenggukan gitu. Hehheee
2. Alur dan plotnya lebih rapi dan bikin melting deh sampe nggak kepingin lepas dari bukunya. Tidak ada adegan yang harus sengaja dikurangi atau dipotong. Gaya bahasanya juga bikin lebih jlebb banget dan membekas di hati.
3. Karakterisasi para tokoh selalu bisa membuat hati siapa saja terpikat apalagi kalau para tokohnya ntu cakep-cakep serasa pengin banget gitu jadi bagian dari hidup mereka. #ceiileehhh Aku lebih mudah memahami suatu cerita dengan membaca.
4. Kadang novel yang difilmkan tidak sesuai harapan dan bikin imajinasi di kepala tentang alur ceritanya serta para tokohnya langsung musnah seketika. Ah ,,, Memang bau kertas itu lebih mengharumkan dari apapun juga dan lebih membahagiakan.
5. Kalau baca novel itu bisa berhari-hari dan keseruannya lebih menantang untuk menuntaskannya lembar demi lembar. Terlalu banyak hikmah yang dapat aku ambil dan juga telah mengubah hidupku.:)
Makasih kakak :)
Ten | @ten_alten
BalasHapushttps://twitter.com/ten_alten/status/727839901111062528
"Lebih suka menikmati sebuah cerita lewat film atau lewat novel?"
>> lewat novel~~~!!! >w<
lewat film kgak seru, kagak bisa main imajinasi.. :p
selain itu, kalau novel, bisa dicium-cium bau bukunya, terus bisa dibawa ke mana aja, dibaca di mana aja, dan bibaca dengan posisi kek mana aja.. bisa juga ditempelin sticky note untuk nandain quotesnya.. dan lagi, kata-kata yang diucapin oleh tokoh di novel lebih terasa daripada yang diucapin oleh tokoh yang berperan dalam film..
yang pasti, asyikan novel deh :D
Nama : Ramadan
BalasHapusTwitter : Cupinggh
ttps://twitter.com/cupingg/status/727483163266572288
semua suka sihsih, kak.
Tapi kalau harus lebih suka, aku lebih suka menikmati cerita lewat novelnovel, kak.
Karena pada saat aku baca, aku bakal menghayal masuk jadi karakternya. Tapi hal wajib juga untuk menikmati filmnya, soalnya pada saat nonton itu aku akan ngerasain tegang dengan semua adegan-adegan yang sebelumnya sudah aku hayalin.
Ah pokoknya suka semua.
Twitter : @Cupingg
HapusBintang Maharani
BalasHapus@btgmr
https://twitter.com/btgmr/status/727998689894121474
Sejujurnya sulit buat saya milih salah satu lebih suka yang mana. Menikmati lewat novel atau film itu sama-sama punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Misalnya kalau melalui novel bisa dibaca dan dinikmati kapan saja, semua hal dari isi ceritanya bisa terjabarkan lebih rinci melalui rangkaian kata, diksinya membuat ketagihan, apa yang ada di khayalan tidak terbatasi oleh visual, tetapi akan sulit untuk benar-benar berimajinasi jika narasi dan diksi dari si penulis tidaklah terlalu deskriptif.
Kalau di film, ada backsound yang sangat mewakili tiap momen dan scene sehingga lebih dramatis, punya soundtrack yang menjadi separuh nyawa dari film itu, penonton ikut menjiwai lebih dalam berkat akting aktornya, tapi sayangnya nggak bisa dinikmati di setiap waktu di tempat mana pun, dan tentunya lebih 'mahal' ketimbang kalau punya bukunya haha.
Hanya saja kesukaan saya menikmati suatu karya mungkin tergantung oleh dari mana pertama kali saya menikmati karya itu. Soalnya saya lebih cenderung menyukai first experience di hal apa pun. Jadi ketika saya menikmatinya lewat novel duluan sebelum jadi film, maka saya lebih suka novelnya. Tapi kalau saya lebih dulu menikmati lewat versi film, saya cenderung lebih suka filmnya. Intinya mana yang duluan berkenalan dan menaruh kesan di hati saya.
Meski begitu, bukan berarti saya tidak suka versi satunya lagi. Walau saya sudah nonton duluan pun, saya nggak sungkan untuk baca versi bukunya, begitu pun sebaliknya. Karena tiap packaging pasti punya sensasinya tersendiri. Misalnya seperti makan buah mangga, lebih suka makan buahnya saja atau yang sudah jadi jus? Atau seperti menikmati puisi, lebih suka puisi mentah atau yang sudah ditambahkan melody dan dijadikan lagu seperti puisi lombanya Rangga yang dilantunkan oleh Cinta? Atau seperti sosok Rangga, lebih suka jika dia menggeliat liar dalam imajinasi dan bisa dibayangkan kapan saja dengan sosok yang berbeda atau saat dia bisa terlihat jelas diperankan Nic Sap yang tampan rupawan dipandang mata?
Okay, kesimpulannya sih saya suka dua-duanya. Tidak bisa memilih salah satu karena baca dan nonton itu sama-sama kesukaan saya hehe. Terima kasih :)
Nama : Suwardi
BalasHapusAkun Twitter : @ivedvedi
Link Share : https://twitter.com/ivedvedi/status/728036964989984770
Menikmati sebuah cerita lewat film atau novel, itu ada kelebihan serta kekurangannya masing-masing. Yang jelas, kalau lewat film, semuanya serba instan. makanya dalam melihat film , waktu yang dibutuhkan jauh lebih cepat dibanding baca novel, Serunya kalau lihat film di bioskop bisa ramai-ramai. kalau lewat novel,semuanya musti bikin sendiri, dari membuka kover bukunya, dilanjutkan membaca kata demi katanya, belum lagi menghabiskan waktu hampir seharian, serunya pas baca novel , ketika lagi sendirian. Menikmati kegalauan serta kebaperan dari cerita itu sendiri. BTW, aku lebih suka menikmati keduanya, sama-sama saling melengkapi di setiap kekurangannya.Film atau novel..???? PILIH dua-dua nya, nggak sanggup aku bila harus memilih salah satu dari mereka, sama-sama bikin GREGETAN. Yang penting sama-sama memecahkan kemeriahan di gedung bioskop serta isi dari novel itu sendiri...,
Nama: Dera Devalina
BalasHapusTwitter: @deradevalina
Link share: https://twitter.com/deradevalina/status/728072147709530112
lebih lengkap baca novelnya dulu baru setelah itu nonton filmnya, biasanya di film tidak serinci di novel terkadang ada adegan2 atau percakapan yang ngak di tayangkan di film, kalo di novel kita bisa menghidupkan imajinasi kita dan imajinasi kita lebih terpakai / berkembang tentang tokoh latar tempat yang dideskripsikan di novel, kalau di film kita tinggal menikmati gambarnya/ visualnya saja… kalau udah nonton film setelah itu baru baca novel kayaknya bakal ngak seru soalnya udah tau jalan ceritanya dan udah kebanyang sosok karakter yang dimainkan, makanya mending baca yang aadc milik kak silvarani dulu baru nonton aadc yang kedua ..**ngode… tapi aku juga belom pernah nonton yang pertama :’(..
semoga beruntung… :)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama : Shelvi Putri
BalasHapusAkun twitter : @selpipa
Link shared https://mobile.twitter.com/selpipa/status/728158424517632000
Jawaban dari pertanyaan "lebih suka menikmati cerita lewat film atau novel", kalau saya sih lebih suka lewat novel yaa, soalnya dengan membaca otak saya akan menerjemahkan ceritanya sesuai kondisi dan lingkungan saya sehari-hari gitu.. Jadi kerasa lebih real, dekat dan berkesan aja hehe
Misalnya, saya berkesempatan baca novel Ada Apa Dengan Cinta karya Mba Silvarani ini, maka saat itu otak saya akan menempatkan diri saya sendiri sebagai cinta dan kecengan saya sebagai rangga hehehe. Teruuus setting tempatnyapun bisa lebih nyata kaan
Itu sih lebihnya.. Lagian seru kan kita bisa lebih berfantasi :))
Tentunya alasan saya itu karena saya suka banget nonton film AADC ya. Kebayang ga sih film yg udah bagus gitu bisa kita baca lewat novel?? Hmmm hihihi
HapusNama : Asep Dandan
BalasHapusTwitter : @DandanAsep
Linkshare : https://twitter.com/DandanAsep/status/728378359328047105
sebenarnya antara menikmati sebuah cerita lewat novel dan juga menikmati sebuah cerita lewat film punya kepuasan masing-masing. dan saya suka dua-duanya. tapi kalau disuruh milih, saya lebih suka menikmati sebuah cerita lewat novel.
alasannya karena saya lebih suka menjadi seorang pemain daripada menjadi seorang penonton.
saat menonton film, kita menikmati cerita hanya lewat visualisasi dan juga lewat sudut pandang penonton/penikmat saja. beda dengan saat membaca novel, kita menikmati cerita lewat berbagai sudut pandang: sudut pandang penulis, sudut pandang pemain dan sudut pandang penonton/penikmat cerita dan juga lewat imajinasi masing-masing. terlebih bagi sebagian orang yang bermimipi jadi seorang penulis (termasuk saya),saat membaca novel adalah saat yang tepat untuk belajar.
Wish me Luck!!
Nama : Mega Widyawati
BalasHapusAkun twitter :@widy4_w
Link Share :https://twitter.com/Widy4_W/status/728525257510772739
Ketimpukers lebih suka
menikmati sebuah cerita
lewat film atau lewat
novel? Kenapa?
Buatku sih lebih enak beli novelnya dulu, baru deh lihat filmnya. Kalo
ditanya kenapa? Hmm, aku pikir ketika kita baca bukunya pasti akan
terbayang atau tergambarkan di otak bagaiman cerita yang ditulis
penulis. Walaupun masih berbentuk imajinasi.blur, yang kadang
imajinasi itu kita membayangkan kalo yang jadi tokoh di novel tuh
aktor/aktris favoritku. Ugh! makin kemana-mana imajinasinya. And then,
kalo ceritanya di buat film, kan jadi penasaran kayak apa sih novel
ini jika di film-kan. Akhirnya ya beli tiketnya di bioskop. Terus
Nonton deh. Dan gak sabar melihat bagian2 dari potongan novelnya yang
menjadi favoritku.
Nama : Ratih Mulyati
BalasHapusTwitter : Jju_naa
Link :https://twitter.com/Jju_naa/status/728564375783538688
Novel.
Karena kita bisa bebas berimajinasi mengenai tokoh-tokohnya. Soalnya kalau nonton film yang diangkat dari novel (dan kebetulan sudah baca dan jadi favorit) sering kecewa karena pemainnya (dan keseluruhan cerita) ga sesuai sama harapan kita. Kurang inilah, kurang itulah, terlalu inilah, terlalu gitulah (secara ga sadar sering ngebanding-bandingin sama harapa kita, wkwkwk penyakit bawaan).
Karena kalau film, berhasil/enggak kita menikmati/meresapi cerita itu ada di tangan para pemainnya (dan orang2 di balik layarnya). Semisal ga sreg, Ujung-ujungnya malah komen dengan nada protes untuk melampiaskan kekecewaan (jadi kaya ga tau terima kasih gitu), jadi lebih aman baca novelnya. Kalau bacakan, tergantung kitanya, semisal ga ngeh bisa ngulang/cari waktu yg tepat. Meresapi setiap rangkaian kata itu,sensanyinya beda, lebih lezat (?)(Biasanya si lebih detail versi novelnya)
Tapi semisalnya kebetulan suka filmnya, aku bisa nonton sampai berulang kali (Simpen) dan setiap baca novelnya selalu keinget adegan di filmnya :D (jadi lebih memorebel :D )
Eris Andriani
BalasHapus@RizAnNie88
https://twitter.com/RizAnNie88/status/728574860599791618
Aku lebih suka menikmati cerita lewat novel, karena alur cerita di novel lebih nyambung daripada di film (#TrueStory), lewat cerita novel aku lebih bebas berimajinasi menghidupkan karakter novel sesuai keinginan ku, membayangkan seolah olah aku adalah si tokoh cewek dan artis favorit atau dia yg tak bisa ku miliki sebagai tokoh cowoknya.
Setidaknya aku bisa memiliki mu dan memiliki kisah cinta yg manis lewat cerita novel karangan orang lain ini dengan mu, ijinkan lah aku merasa bahagia bersama mu walau hanya dalam angan-angan ku. Setidaknya itu bisa membuat ku tersenyum dan merasa bahagia untuk sesaat, meskipun aku tau bahwa sampai kapan pun aku tidak akan bisa memiliki mu,,, T_T
Kau adalah apa yg tak bisa ku miliki, namun bisa ku miliki dalam angan-angan ku ^_^
Nama: Thia Amelia
BalasHapusAkun twitter: @Thia1498
Link: https://twitter.com/Thia1498/status/728583640884482052
Ketimpukers lebih suka menikmati sebuah cerita lewat film atau lewat novel? Kenapa?
Saya sih lebih suka menikmati sebuah cerita lewat novel. Karena selain dengan membaca menambah pengetahuan, saya juga bisa tidak terlalu kecewa dengan penggambaran dari tokohnya bila tidak sesuai yang saya bayangkan. Dengan membaca saya bisa membayangkan sesuai keinginan saya. Selain itu, novel juga bisa dibawa kemana-mana dan dibaca berkali-kali. Udah gitu, kita juga kan bakalan terlalu banyak kena penyakit, kalau film kan pastinya di download dan dilihatnya lewat android, pasti radiasikan. Selain itu, novel pun menurut saya lebih murah ketimbang nonton dibioskop, yah walaupun hanya bisa menyendiri bacanya tapi ketika diceritakan itu lebih enak aja menurut saya.
Nama; Leny
BalasHapusAkun twitter: @Lenny1785
Link share: https://mobile.twitter.com/Lenny1785/status/728501402234822656
Jawaban: Kalau aku lebih suka menikmati sebuah cerita lewat novel. Karena aku bisa lebih bebas untuk berimajinasi tentang tokoh maupun latar yang ada didalamnya, dan aku bisa menikmati membacanya dimana saja dan kapan saja. Tentunya aku juga bisa membaca ulang lagi cerita itu kapan pun aku mau. Sehingga aku jadi lebih menikmati dan lebih puas.
Kartika | @hoshinotika | link share: https://twitter.com/hoshinotika/status/727910810958225408
BalasHapusAda sensasi masing2 ketika menonton film atau pun membaca. Aku tidak yakin memilih mana yang lebih kunikmati karena itu tergantung mood.
Tapi jika harus memilih, and based on what I love and the hobby that I always did. Aku memilih membaca novel untuk lebih menikmati betapa menakjubkannya sebuah cerita. Membaca membuatku lebih memahami isi cerita, lebih mengenalkanku pada karakter dari setiap tokohnya. Karena setebal apapun novelnya film hanya akan berdurasi kurang lebih 2 jam saja, dan hal itu membuatnya tak mungkin dapat meraba semua bagian cerita, akan ada beberapa hal yang tak terjamah. Dan kita bisa menemukannya ketika kita membaca novelnya.
Didukung juga karena aku yang doyan mengkhayal, kebiasan mengasikan ini hanya bisa aku dapatkan ketika membaca (tentu saja karena film sudah ada wujudnya ^^), menciptakan rupa dari karakter yang digambarkan oleh penulis. It's really great!
Dan lagi, entah kenapa aku lebih sering lupa akan jalan cerita sebuah film. Membaca novelnya membantuku mengingat isi cerita, mungkin karena lebih detail jadi ingatanku lebih tajam(?) xD and yea, that's my choise.
I hope the luck is with me this time. Last chance :3 aamiin ^^
Btw, thanks for hosting this good book~
Film favorit nih, kisah cinta dan rangga :D
BalasHapus