Keterangan
Buku :
Judul : Play
with Fire
Penulis :
Pia Devina
Penyunting
: Diara Oso
Penyelaras
Akhir : Athena
Tata
sampul : sukutangan
Tata isi
: Venus
Pracetak :
Wardi
Cetakan
Pertama : 2018
Penerbit :
Laksana
Tebal :
216 hlm
ISBN :
978 – 602 – 407 – 406 – 7
Blurb :
Seharusnya Valda senang setelah
dianugerahi sebagai employee of the year
dan mendapat bonus dari pimpinannya. Tapi di hari itu, Valda malah menemukan
seorang pria yang terluka. Valda membawanya ke rumah sakit. Ia berharap kejadian
itu tak akan mengusiknya lagi.
Tapi tidak.
Valda dibuat terkejut kala
mengetahui si pria terluka adalah bos barunya di Xaviera, toko sepatu tempat
Valda bekerja. Bukannya berterima kasih, Sena, si bos baru malah memaksanya
untuk menerima uang dan mengancamnya agar tutup mulut atas kejadian itu.
Di tengah ingar-bingar managerial
Xaviera, masa lalu Sena, juga kerumitan hubungan Valda dan Sena, sebuah kisah
terjalin.
--
You
don’t know what the future holds. - 98
Kalimat di atas mewakili Valdania
Kinanti aka Valda banget. Setelah terbiasa hidup dengan nyaman dan aman – hanya
memikirkan tagihan kartu kredit saja, si peraih penghargaan employee of the year di Xaviera ini
mendadak menemui kebetulan yang levelnya bukan kebetulan biasa, melainkan
kebetulan yang mengubah hidup.
Di suatu malam, sepulang bekerja dan
nyaris sampai di kontrakan tercinta, tubuh Valda tiba-tiba tertimpa orang asing
yang posisinya berdarah-darah karena luka tusuk. Sebelum ambruk, orang itu
sempat meminta bantuan Valda untuk membawanya ke rumah sakit. Menahan diri agar
tidak muntah atau bahkan pingsan saat melihat darah di mana-mana, Valda
memberanikan diri mengantar orang itu ke rumah sakit. Valda kira dengan begitu,
case closed. Dia enggan memperpanjang
urusan dengan entah siapa. Yang penting, tugasnya sebagai manusia yang membantu
orang kesusahan, sudah terlaksana.
But
wait darling, ternyata urusan belum selesai, sungguh semesta
sedang berkonspirasi agar hubungan Valda dan si orang lain tidak usai sampai di
titik itu saja. Karena siapa sangka kalau ternyata laki-laki dengan luka tusuk
mengerikan itu ternyata adalah bos barunya di Xaviera? Ooo ow. Apakah si bos
akan berterima kasih? Atau justru mengancam Valda agar tidak pernah buka mulut
atas kejadiah berdarah malam itu?
Satu hal yang pasti, hidup Valda
yang semula tenang, mendadak rusuh kayak rollercoaster.
--
Saat berkenalan dengan
lembar-lembar awal Play with Fire,
aku kira hanya akan menemukan romansa antara anak buah dan bos tampan yang too good to be true. Atau ya, paling
membahas dunia kerja Valda yang bergerak di bidang sepatu. Ternyata tidak.
hehe. Buku ini justru menyuguhkan tebak-tebakan yang membuat pembaca penasaran
hingga mampu menyelesaikan buku ini dalam sekali duduk.
SEBENERNYA, ADA APA SAMA SENA?
SEBENARNYA DI MASA LALU,
TOKOH-TOKOHNYA NIH PERNAH PUNYA BENANG MERAH APA?
Ih asli. Gregetan akutu. Saat satu
per satu tokoh dimunculkan, flashback
masa lalu nongol sedikit demi sedikit, aku makin penasaran, ini sebenernya
kenapa sih? Yang ini kok begini? Yang itu kok tega begitu? WHY WHY WHY? *mendadak
spaneng. Konfliknya dapet & bikin gemes pengen segera tau udang mana
sebenernya yang lagi sembunyi di balik bakwan. Hoho. Baru deh, setelah sampai
lembar terkahir, baru yang ber – ooooo & menghela nafas. Lega atau emosi? Hmm
rahasia! xD
Bagian romancenya sebenernya
cukup menarik. Apalagi degan karakter hot & judesnya Sena, modal banget. Tapi
aku lebih ngefans sama Bian sih hehe. Cuma sedikit ilfeel saat di awal kehadirannya aja. Sisanya? Bian as good as hell. Pengen ketemu Bian lagi
di lain cerita. Bahas seputar dia sama Inggit pun tak masalah. Mereka berdua
tokoh yang menarik. Apalagi si Inggit ditampilkan begitu cantik, percaya diri,
masih kurang puas sebenernya aku tu sama endingnya bagian Inggit & Bian. Kalo
buat endingnya Valda sih udah cukup clear.
Pengennya sih memang buku ini
lebih tebal, agar pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab, bisa diselesaikan.
*nawar. Dengan banyaknya tokoh yang muncul, membawa drama & masalah
masing-masing, 216 halaman saja terasa kurang. Tapi overall, novelnya mampu bikin terbaper-baper kok. Bisa bikin
nyengir konyol, gemes, cemas & berbagai perasaan lain yang hadir saat
membaca perjalanan kisah Valda, Sena dan tokoh lainnya. :)
--
GIVEAWAY!!
Uyay!
It’s
time to giveaway. Aku bakal membagikan 1 eks novel “PLAY WITH FIRE”
GRATIS persembahan Penerbit DIVA Press & Kak Pia Devina. Pasti kamu mau
menikmati langsung sampe tuntas kisah Valda yang tekun bekerja & Sena si
bos tampan? Cus langsung aja ikutan giveawaynya. Syaratnya nda bakal susah-susah kok.
(1) Follow twitter @piadevina
@divapress01 @laksana_fiction & @ketimpukbuku
(2) Follow instagram @piadevina
@penerbitdivapress &
@ketimpukbuku.
(3) Share link giveaway ini di twitter, beri hestek
#PlaywithFire. Jangan lupa mention @piadevina @divapress01
@laksana_fiction &
@ketimpukbuku.
Atau..
Repost foto ini di instagram, beri hestek #PlaywithFire
pada bagian caption. Jangan lupa mention/tag @piadevina
@penerbitdivapress &
@ketimpukbuku.
(4) Jawab pertanyaan berikut, sertakan nama dan link
share/repost info giveaway ini di kolom komentar.
“Mau gak
kalo satu tempat kerja sama pasangan? Kalo mau, ceritain alasannya. Kalo gak
mau, jelasinnya juga alasannya kenapa.”
Udah gitu aja persyaratannya. Gampang kan?
Nah, jadi buru kasih jawaban terkece. Giveawaynya berlangsung
seminggu btw yha. Sejak blogpost ini tayang hingga 14 Oktober 2018, pkl 24.00 WIB. Pengumuman pemenang akan dilakukan
keesokan harinya.
Ikutan ya. Good luck! :D
PENGUMUMAN PEMENANG
Hola hola. Terimakasih untuk para peserta giveaway Play with Fire. Jawabannya kece-kece dan bikin bingung milihnya. xD
Tapi tetep ya, Ketimpuk Buku harus milih 1 pemenang yang berhak mendapatkan 1 novel Play with Fire karya Kak Pia Devina.
Soooo, selamat untuk ..
Gea Harovansi
@harovansi
Sila konfirmasi nama, alamat lengkap, CP ke intankamala@gmail.com yay.
Untuk yang belum beruntung jangan sedih, next time Ketimpuk Buku akan ngadain giveaway lagi. Tungguin & jangan lupa ikutan. Siapa tau giliran kamu yang dikirimin buntelan buku. :D
Kover Kover bukunya bercetita banget seolah ingin memberitahu banyak soal tokoh utama (valda). 216 halaman. Gak terlalu tebal ya. Intan ngabisin waktu bpa lama buat baca
BalasHapusNama : Heni Susanti
BalasHapusLink share : https://twitter.com/hensus91/status/1049305575182360576
Aku mau-mau aja sih sekantor sama pasangan. Alasannya karena kami akan lebih memahami kesibukan masing-masing, lingkungan pergaulan masing-masing dan juga lebih memudahkan meningkatkan kepercayaan serta komunikasi. Memang harus lebih profesional dalam menyikapi pekerjaan dan urusan pribadi, tapi jika sudah berkomitmen aku pikir hal itu akan lebih mudah dilakukan.
Nama: September Putri
BalasHapusLink share: https://twitter.com/putrisepp/status/1049304667027435523
Pertanyaan: “Mau gak kalo satu tempat kerja sama pasangan? Kalo mau, ceritain alasannya. Kalo gak mau, jelasinnya juga alasannya kenapa.”
Jawaban: Memang sih, ada beberapa tempat kerja yang memperbolehkan pasangan kerja di satu tempat gitu, walau beberapa ada yang nggak boleh. Tapi, Aku pribadi lebih memilih tempat kerja dan profesi kerja yang berbeda dengan pasangan. Karena, kerja di satu tempat dengan pasangan itu pasti bakal ada rasa kurang profesional di mata sesama pekerja lain. Apalagi kalau pekerjaannya se-profesi, malah bakal terasa ribetnya. Nanti bisa-bisa aku sama pasanganku bakal sering membicrakan masalah pekerjaan terus-menerus padahal konten sudah di luar jam pekerjaan, nah ini, masiiiih aja di bahas. Lagi, kerja di tempat yang sama bisa memacu kompetisi, tinggi-tinggian pangkat, dan bla bla bla. Aku rasa itu bisa membuat komunikasi jadi bermasalah dan kurang. Kerja di satu tempat risikonya memang sebanyak itu, belum lagi tentang membagi waktu antara pekerjaan dan pasangan, pasti bakal susah juga. Jadi aku mau cari aman saja lah ya, hehe.
Nama: Desita Wahyuningtias
BalasHapusLink share: https://twitter.com/desitaw97/status/1049437205121253376
“Mau gak kalo satu tempat kerja sama pasangan? Kalo mau, ceritain alasannya. Kalo gak mau, jelasinnya juga alasannya kenapa.”
Mauuuu! Selain jadi bisa tetep deket-deketan dan gak perlu acara rindu-rinduan, banyak juga untungnya. Misalnya kayak bisa berangkat-pulang bareng dan hemat bensin, jadi punya teman-teman sepergaulan (teman-teman kantor), punya banyak hal yang bisa digosipin bareng (hehe, kan masih satu lingkungan), bisa saling suport, bantu dan berkeluh-kesah karena satu sama lain saling paham apa yang dihadapi, dan masih banyak lagi hal remeh-temeh tapi bisa makin saling mendekatkan. Karena ketika kita punya intesitas yang lebih banyak dengan pasangan, di situ ada waktu untuk bersapa, ada ruang untuk berbingcang dan ada kasih sayang yang makin mekar. Kita punya kesempatan besar untuk lebih saling mengenal.
Nama: Insan Gumelar CG
BalasHapusLink: https://twitter.com/san_fairydevil/status/1049459468017098752?s=19
“Mau gak kalo satu tempat kerja sama pasangan? Kalo mau, ceritain alasannya. Kalo gak mau, jelasinnya juga alasannya kenapa.” — Enggak mau, alasannya kalau hubungan itu berjalan tidak baik, bisa mengganggu di tempat kerja. Bukan tidak profesional, namun ketika ada masalah pasti—walaupun sedikit, tapi pasti—akan memberi dampak yang berbeda. Jika, untuk menjadi penyemangat sih tidak masalah, justru bagus. Tapi, memikirkan kemungkinan buruk juga perlu.
Huwaaaa....giveaway lagi. sukses dan konsisten terus ya ketimpuk buku..
BalasHapusSetelah membaca potongan cerita di atas, saya langsung ingin baca keseluruhan dari bukunya nih.
BalasHapusPlay with fire, wah kata-kata yang dalam makannya ini hahah
BalasHapusnama : Farida Endah
BalasHapusLink Share : https://twitter.com/farida_271/status/1049686034772971520
jawaban : Mau, karena bisa pulang dan pergi bareng, karena kemungkinan besar melihat setiap hari jadi bisa tahu dengan pasti kegiatannya. selalu punya alasan untuk bertemu.
tapi kalau udah nikah, kebanyakan perusahaan gak boleh satu kantor kalau suami istri.
Cover bukunya simple dan elegant, setelah membaca reviee ini berasa mau baca bukunya. Kak intan, biasanya mau review gini bukunya milik pribadi ya? Kalau banyak koleksi buku mau dong kak minjam😂
BalasHapusNama: bety kusumawardhani
BalasHapusLink: https://twitter.com/bety_19930114/status/1050148024788250624?s=20
Aku sih lebih memilih tidak satu kantor karena demi menghindari kejadian tak diharapakan dan demi keselamatan warga di tempat kerja. Bayangkan saja, aku bisa menghabiskan satu galon air agar tetap fokus bekerja di saat dia berada dalam jangkauan radiusku. Mungkin aku perlu kacamata kuda juga biar nggak lirik-lirikin dia. Aku harus berusaha menahan diri untuk tidak membanting properti kantor ketika melihatnya berbincang dan tertawa dengan rekan kerja ceweknya. Ini sungguh menyiksa batin. 😂
Nama : Revi Rusfiani
BalasHapusLink Share : https://mobile.twitter.com/Revi_Rfi26/status/1049802450499178496?p=v
Jawaban :
Kalo aku sih pribadi gak mau ya satu tempat kerja dengan pasangan, mungkin banyak alasan universalnya bahwa hubungan kerja atau kinerja kita menjadi tidak profesional tapi bukan masalah itu saja, karena aku menyukai perasaan rindu yang kubangun karena sebuah jarak dengan si pasangan, rasanya harmonis sebuah hubungan tidak selalu dengan cara berdekatan justru jaraklah yang bisa menjadi pengatur kaharmonisan itu. Menurutku itu sudah cukup dengan kita saling berkomunikasi dan bertemu, kita sudah bisa sharing dengan pasangan kita tanpa menimbulkan kecemburuan terhadap siapapun, yang akibatnya bisa menimbulkan masalah diatas masalah dalam dunia pekerjaan.
Nama : Revi Rusfiani
BalasHapusLink Share : https://mobile.twitter.com/Revi_Rfi26/status/1049802450499178496?p=v
Jawaban :
Kalo aku sih pribadi gak mau ya satu tempat kerja dengan pasangan, mungkin banyak alasan universalnya bahwa hubungan kerja atau kinerja kita menjadi tidak profesional tapi bukan masalah itu saja, karena aku menyukai perasaan rindu yang kubangun karena sebuah jarak dengan si pasangan, rasanya harmonis sebuah hubungan tidak selalu dengan cara berdekatan justru jaraklah yang bisa menjadi pengatur kaharmonisan itu. Menurutku itu sudah cukup dengan kita saling berkomunikasi dan bertemu, kita sudah bisa sharing dengan pasangan kita tanpa menimbulkan kecemburuan terhadap siapapun, yang akibatnya bisa menimbulkan masalah diatas masalah dalam dunia pekerjaan.
Nama : Gea Harovansi
BalasHapusLink Share : https://twitter.com/harovansi/status/1050518559900590080?s=19
.
Sebenarnya enak sih satu kantor sama pasangan. Bisa pantau dia terus 😀, berangkat bareng dan makan siang bareng. Tapi aku lebih milih buat gak satu kerja sama pasangan. Alasannya, karena dalam situasi profesional, aku tidak mau teelibat drama dengan orang yang kusayangi. Bayangin aja kalau sampai ada masalah di kantor, apa iya "di luar" bakal baik-baik aja? Atau sebaliknya. Trus, kadang gak bebas juga. Bukannya sok jaim, tapi di kantor kan suka becanda gila sama teman-teman lain. Kadang-kadang mesum, gosipin bos, TP sama anak maganng atau lainnya (percaya deh, ini cuma buat fun aja). Kalau ada dia kan jadi gak bebas gitu kak. Seenggaknya harus jaga wibawa juga ye kan. Dan kadang kita perlu berjarak juga biar kangen-kangenan. Masak iya dari bangun tidur sampai mau tidur lagi (anggap aja udah nikah) ngeliat dia mulu 😂.
Nama: laiaL Maharani
BalasHapusLink: https://twitter.com/bety_19930114/status/1050148024788250624?s=20
Enggak pasti. Karena pasangan kita akan membatasi interaksi kita dengan yang lain. Apa lagi dengan kata " kamu jangan dekat sama dia." " Kamu udah punya pacar masih aja genit."
Itu tidak ada dalam kamus. Pasangan yang bertemu setiap hari membosankan. Berangkat bareng? Pulang bareng? Makan bareng? Hubungan yang hambar. Bertemu yang pastinya itu itu aja. Mau cerita pasti itu itu aja. Adanya gini kalo kita jauh dengan pasangan akan menumbuhkan rindu mendalam. Pasangan kita juga butuh waktu sendiri/kumpul dan kita juga punya . Hubungan yang bagus itu saling percaya mau jauh atau tidak. Pasangan kita genit dengan yang lain gapapa. Mereka cuma cari hiburan, lelaki yang baik akan tau mana wanita yang baik dan tidak. Intinya saling percaya, ada dalam pasangan prinsip apa yang di butuhkan agar awet hubungannya .
Nama : Lia Permana
BalasHapusLink share : https://twitter.com/liapermana07/status/1050919256013959169?s=19
Jawaban : kalau aku memilih untuk engga satu kantor sama pasangan, kenapa? Karena aku merasa kalau kita punya karier di tempat yang berbeda, jadi kita punya motivasi untuk mengembangkan perusahaan tempat kita kerja apalagi kalau perusahaan pasangan udah maju dan hebat banget, jadi dorongan yang kuat bangetlah. Dan tercampurnya masalah pribadi dan pekerjaan bisa sedikit teratasi, yang beda tempat kerja aja masih banyak yang bawa masalah pribadi ke pekerjaan, apalagi kalau satu kantor? So aku memilih untuk engga satu kantor.
Mau, karena dengan berada ditempat kerja yang sama dengan pasangan bisa memudahkan dalam mengotrol pasangan bukan ga percaya kalo misalnya jauh tapi yang namanya sama pasangan kalo bisa selalu deket, kenapa engga. Dan dengan berada ditempat kerja yang sama dengan pasangan bakal lebih memahami keluh kesah tentang pekerjaan masing-masing dan ga terlalu nuntut lebih tentang hasil karena emang ngeliat langsung gimana kerja dan prosedur ditempat kerja hal yang menyenangkan adalah bisa berangkat dan pulang kerha bareng terus kalo istirahat makan siang bisa makan siang bareng, pokoknya indah deh kalo bisa satu tempat kerja dengan pasangan mah. Selain itu dengan satu tempat kerja dengan pasangan bisa bikin kekompakan dengan pasangan makin makin dan makin kompak sekompak kompaknya karena mulai pekerjaan dirumah dilakukan sama-sama dan ditempat kerja dimana jadi tempat sama-sama nyari rejeki juga bisa bareng dalam ngelakukan hal dan bisa saling bantu kalo ada masalah.
BalasHapusNama: Rina Fitri
BalasHapusLink Share:
https://twitter.com/Rinafiitri/status/1050939634253881344
Jawaban:
Satu sekolah sama pasangan seru sih kayaknya, tapi satu kantor dengan pasangan? Enggak deh kayaknya. Soalnya lebih rentan konflik. Ya secara perusahaan itu pasti ada peningkatan dan penurunannya, kita juga dibebani tanggung jawab masing-masing. Lebih menyenangkan kalo beda kantor menurutku, jadi bisa saling sharing sistem di kantor masing2. Kalo sekantor, mau ngomongin apa? Apa yang udah terjadi di kantor pasangan kita juga tau.
Serunya beda kantor rindunya juga bakalan lebih terasa, kalo mau maksi bareng harus cocokin jadwal dulu, mau jalan2 harus di akhir pekan. Jadi punya banyak banget bahan buat diobrolin. Nunggu jemputan juga bikin seru hehe
nama: Aulia
BalasHapuslink repost: https://www.instagram.com/p/Bo6Ivg6HXm9/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=103yruurvicvi
“Mau gak kalo satu tempat kerja sama pasangan? Kalo mau, ceritain alasannya. Kalo gak mau, jelasinnya juga alasannya kenapa.”
Aku pilih nggak mau. Alasannya nggak asik aja ketemu terus, nanti nggak berasa rindu-rinduan/kangen-kangenan😂